BAB
II
LANDASAN
TEORETIS
2.1 Stratagi Pemecahan Masalah IDEAL
Pergeseran
paradigma pendidikan dari behavioristik menuju konstruktivistik melahirkan
model, metode, pendekatan dan strategi-strategi baru dalam sistem pembelajaran khususnya dalam pembelajaran
fisika. Salah satu strategi pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah adalah
strategi pemecahan masalah IDEAL.
Strategi
pemecahan masalah IDEAL adalah suatu
strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Suatu masalah terlalu kompleks untuk dipecahkan
dengan iterasi/ proses tunggal maka siswa harus memecah masalah ke dalam
beberapa sub masalah yang sesuai dengan tujuan. Dari model ini nampak bahwa
pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas kognitif, di mana siswa tidak saja
harus dapat mengerjakan, tetapi juga harus yakin bisa memecahkan. Dalam hal ini
motivasi dan aspek sikap seperti usaha, keyakinan, kecemasan, persentensi dan
pengetahuan tentang diri adalah sesuatu yang sangat penting dalam pemecahan
masalah (Jonassen dalam Wena, 2009,88).
Menurut Wena (2009:88)
Pemecahan masalah IDEAL terdiri dari lima tahap yaitu: (1) Identify the problem, (2) Define the problem, (3) Explore solution, (4) Act on the strategy, (5) Look back and evaluate the effect.
Kelima fase tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.
Identifikasi masalah
Identifikasi
masalah merupakan tahap awal dari strategi ini. Dalam tahap ini guru membimbing
siswa untuk memahami aspek-aspek permasalahan, seperti membantu untuk mengembangkan/
menganalisis permasalahan, mengajukan pertanyaan, mengkaji hubungan antardata,
memetakan masalah, mengembangkan hipotesis-hipotesis.
b.
Mendefenisikan masalah
Dalam tahap
ini kegiatan guru meliputi membantu dan membimbing siswa melihat
hal/data/variabel yang sudah diketahui dan hal yang belum diketahui, mencari
berbagai informasi, menyaring berbagai informasi yang ada dan akhirnya
merumuskan masalah.
c. Mencari solusi
Dalam tahap ini kegiatan
guru adalah membantu dan membimbing siswa mencari berbagai alternatif pemecahan
masalah, melakukan brainstorming,
melihat alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang dan akhirnya
memilih salah satu alternatif pemecahan masalah yang paling tepat.
d. Melaksanakan strategi
Melakukan langkah-langkah
pemecahan masalah sesuai dengan alternatif yang telah dipilih. Dalam tahap ini
siswa dibimbing secara tahap demi tahap dalam melakukan pemecahan masalah.
e. Mengkaji kembali dan
mengevaluasi pengaruh
Dalam tahap ini kegiatan
guru adalah membimbing siswa melihat/ mengkoreksi kembali cara-cara pemecahan
masalah yang telah dilakukan, apakah sudah benar, sudah sempurna, atau sudah
lengkap. Disamping itu, siswa juga dibimbing untuk melihat pengaruh strategi
yang digunakan dalam pemecahan masalah.
Kirkley
dalam Wena (2009:91) menyatakan bahwa: “Strategi pemecahan masalah IDEAL lebih unggul dalam meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa dibandingkan dengan pemecahan lain”. Jika
ditinjau dari dimensi siswa, penerapan strategi ini memberi keuntungan
diantaranya: (1) meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara
aktif dalam proses pembelajaran, (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa,
(3) pembelajaran menjadi lebih bermakna.
2.1.1
Pemecahan Masalah
Pada
hakikatnya program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami dan menguasai apa
dan bagaimana suatu terjadi, tetapi juga memberi pemahaman dan penguasaan
tentang “mengapa hal itu terjadi”. Berpijak pada permasalahan tersebut, maka
pembelajaran pemecahan masalah menjadi sangat penting untuk diajarkan.
Pada
dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki
pengetahuan dan keterampila dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di
masyarakat. Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang andal dalam
pemecahan masalah, maka diperlukan serangkaian strategi pembelajaran pemecahan
masalah.
Pemecahan
masalah merupakan suatu cara mengajar dengan menghadapkan siswa kepada suatu
masalah agar dipecahkan atau diselesaikan . Metode ini menuntut kemampuan untuk
melihat sebab akibat, mengobservasi problem,
mencari hubungan antara berbagai data yang terkumpul kemudian menarik
kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah.
Dalam
memecahkan masalah siswa harus berfikir, mencobakan hipotesis dan bila berhasil
memecahkan masalah itu maka siswa akan dapat mempelajari sesuatu yang baru.
Berikut ini akan dikemukakan pendapat para ahli tentang pengertian pemecahan
masalah. Menurut Munandar (2001:265), “Upaya individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya dalam
rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah disebut pemecahan masalah”.
Selanjutnya
menurut Wena (2009:52), “Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk
menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya
mengatasi situasi yang baru”.
Berdasarkan
pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu
proses berfikir reflektif yang dilakukan siswa dalam menemukan kombinasi
aturan-aturan yang telah dipelajarinya yang digunakan untuk memecahkan masalah
atas keinginan sendiri. Metode pemecahan masalah mengajarkan pada siswa untuk
mencari masalah, memecahkan masalah, dan menarik suatu kesimpulan dari hasil
pemecahan masalah tersebut. Diharapkan baik secara individu mampu secara
kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa.
Seseorang
dalam menghadapi suatu masalah, bila ia menghadapi situasi yang baru yang harus
memberi respon tetapi tidak mempunyai informasi konsep, prinsip-prinsip dan
cara yang dapat dipergunakan segera untuk memperoleh pemecahan. Misalnya
seseorang siswa menghadapi situasi dimana ia harus mempergunakan rumus gaya supaya ia dapat
memecahkan soal, tetapi ia tidak mengetahui cara-cara yang diperlukan.
Menurut
Wankat dalam Wena (2009:53) mengklasifikasikan lima tingkat taksonomi pemecahan masalah,
yaitu sebagai berikut:
a.
Rutin: tindakaka rutin atau
bersifat algoritmik yang dilakukan tanpa membuat suatu keputusan.
b.
Diagnostik: pemilihan suatu
prosedur atau cara yang tepat secara rutin.
c.
Strategi: pemilihan prosedur
secara rutin untuk memecahkan suatu masalah.
d.
Interpretasi: kegiatan
pemecahan masalah yang sesungguhnya, karena melibatkan kegiatan mereduksi
masalah nyata sehingga dapat dipecahkan.
e.
Generalisasi: pengembangan
prosedur yang bersifat rutin untuk memecahkan masalah-masalah yang baru.
Pemecahan
masalah itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan dapat meloncat-loncat
antara masing-masing langkah tersebut. Langkah-langkah tersebut merupakan hal
yang harus ditanamkan pada siswa dalam proses pembelajaran dengan metode pemecahan
masalah. Agar siswa mengerti pentingnya masalah dan memecahkannya.
Setiap
kali siswa memecahkan masalah, siswa mempelajari sesuatu yang baru, karena
memecahkan masalah merupakan suatu bentuk belajar. Cara yang terbaik yang
dilakukan guru dalam membantu siswa memecahkan masalah adalah dengan memecahkan
masalah tersebut langkah demi langkah dengan menggunakan langkah-langkah
tersebut di atas, dengan menggunakan contoh, gambar-gambar dan sebagainya.
Siswa dibantu dan dibimbing untuk menemukan sindiri aturan yang diperlukan
untuk memecahkan masalah tersebut.
2.1.2
Pengertian Konsep
Konsep
tentang suatu objek dapat diperoleh dari hasil persepsi terhadap gejala-gejala
alam, karena dari persepsi terhadap gejala akan diperoleh pemahaman secara
konseptual tentang objek tersebut. Sebagai contoh, dari hasil persepsi terhadap
bermacam-macam bentuk meja akan diperoleh pemahaman konseptual tentang meja.
Semakin luas pengetahuan dan pengalaman yang relevan terhadap suatu objek,
semakin berkembanglah konsep yang diperoleh tentang objek tersebut (Sund dan
Trowbridge dalam Suparno, 2004:45).
Menurut
Amien (2001:23), konsep merupakan suatu gagasan atau ide yang didasarkan pada
pengalaman tertentu yang relevan dan yang dapat digeneralisasikan. Labih lanjut
dikatakan bahwa suatu konsep akan terbentuk apabila dua atau lebih objek dapat
dibedakan berdasarkan ciri-ciri umum, bentuk dan sifat-sifatnya. Bourner
seperti dikutip oleh Amien (2001:25), menyatakan bahwa suatu konsep dapat
dianggap sebagai suatu unit pikiran atau gagasan. Lebih lanjut dikatakan bahwa
suatu konsep tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan satu sama lain
dalam suatu sistem dinamik yang disebut sistem konseptual.
Menurut
Djohar (1994:66), ”Cara yang dipandang paling objektive untuk memperoleh kebenaran
suatu konsep adalah dengan menggunakan metode ilmiah”. Suatu konsep dikatakan
objektive jika konsep dapat dikonfirmasikan dengan kenyataannya, artinya simbol
yang ada dalam konsep tersebut dapat ditelusuri keberadaannya di alam nyata.
Oleh karena itu konsep dapat diartikan sebagai buah pikir manusia tentang alam
nyata yang dinyatakan dengan simbol atau bahasa.
Carnap seperti dikutip oleh Urevbo
(1984:44), membagi konsep menjadi dua yaitu: Konsep empirik dan konsep
teoritik, yang dimaksud dengan konsep empirik adalah konsep yang dapat
diperoleh dari observasi secara langsung dengan menggunakan panca indera atau
dapat diukur dengan teknik yang relatif sederhana misalnya konsep tentang suhu,
bunga, meja, dan senyawa kimia. Sedangkan yang dimaksud dengan konsep teoritik
adalah konsep yang tidak dapat diperoleh dari observasi langsung misalnya
konsep tentang gen, energi, atom dan elektron.
2.2 Cara-cara Meningkatkan Pemahaman Siswa
Kondisi belajar berkaitan
dengan materi topik yang dipelajari, dan pengelolaan belajar berkaitan dengan
cara membangun minat dan pengetahuan belajar siswa. Pembangunan minat belajar
dalam struktur kognitif siswa, baik secara superordinat maupun secara
subordinat, membentuk suatupeta konsep dengan hirarki konsep dan hubungan antara
konsep secara bermakna bergantung pada kesiapan dan kemampuan seseorang untuk
membangunnya. Menurut Sukardi (2002:14), “Salah satu bentuk untuk membangun
minat belajar siswa adalah dengan menggunakan metode belajar ataupun pendekatan
pembelajaran”.
Lebih lanjut Sukmadinata
(2007:34) menjelaskan bahwa, “Penggunaan metode pembelajaran ataupun pendekatan
pembelajaran dapat mengoptimalkan proses pembelajaran dengan maksud untuk
meningkatkan minat dan pemahaman siswa, serta hasil belajar siswa”. Oleh karena
itu, untuk mengoptimalkan proses pembelajaran tersebut, maka guru dapat
menggunakan strategi pembelajaran IDEAL.
Pada strategi ini guru dapat mengerjakan apa yang telah diketahui dalam bentuk
yang lebih sederhana dan dapat mengetahui sampai di mana tingkat pemahaman
siswa terhadap konsep yang diberikan. Dalam rangka meningkatkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kiranya perlu disempurnakan proses belajar mengajar,
terutama pembelajaran fisika yang mempunyai kaitan langsung dengan perkembangan
IPTEK. Akan tetapi, kenyataan sekarang ini ditemui sebagian besar siswa belum
berhasil memahami konsep-konsep fisika maupun aplikasi konsep fisika dalam
kehidupan sehari-hari.
Motivasi belajar
adakalanya muncul dan sejalan dengan tujuan belajar, seperti menguasai
ilmu pengetahuan, memiliki kecakapan atau kompetensi, motivasi yang seperti ini
termasuk pada motivasi intrinsik, sedangkan motivasi ekstrinsik
yaitu motivasi belajar yang didorong hal lain diluar belajar, akan tetapi
masih ada hubungannya dengan belajar atau hasil belajar, seperti ingin
mendapatkan ijazah, ingin diterima di sekolah favorit, ingin di sayang orang
tua (Sukardi, 2002:20).
Belajar merupakan semua
aktifitas yang dilakukan peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan
kemampuan atau kompetensi, yang mana dapat berlangsung disekolah ataupun diluar
sekolah, pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang dilaksanakan di sekolah
bersama guru atau dengan bimbingan guru. Keberhasilan belajar dan pembelajaran
sangat dipengaruhi oleh motivasi, sebab motivasi belajar dapat diumpamakan
mesin atau motor yang menggerakkan perahu belajar. Para peserta didik yang
belajar secara teratur, rajin, sungguh- sungguh, tekun dan sebagainya karena
mereka memiliki motivasi belajar yang kuat.
Kurang atau rendahnya belajar
seorang peserta didik bukan suatu hal yang tanpa sebab, akan tetapi ada
sebabnya. Seperti telah dikemukakan bahwa sebab- sebab rendahnya atau kurangnya
motivasi belajar siswa itu berasal dari guru, sekolah, dan teman- temannya,
dari pihak keluarga terutama ayah dan ibu atau saudara- saudaranya, dan juga
berpangkal dari diri sendiri, kesehatan pribadi dan reaksi- reaksi terhadap
lingkungannya. Untuk membantu peserta didik yang kurang motivasi belajar, perlu
diketahui terlebih dahulu hal- hal yang melatar belakanginya. Seperti halnya
pada masalah bimbingan dan konselig pada umumnya, pada masalah rendahnya
motivasi belajar yang dicoba diperbaiki atau dihilangkan bukan motivasinya
tetapi hal- hal yang melatar belakanginya.
Didalam pembelajaran baik
motivasi positif maupun motivasi negatif sama pentingnya. Motivasi positif
dalam rangka pengembangan dan penyaluran bakat, minat serta dalam pemberian treatment kepada siswa. Motivasi negatif
juga penting sebab peserta didik memperlihatkan tingkah laku belajar yang tidak
produktif karena adanya motivasi negatif tertentu. Dengan demikian motivasi
negatif dibutuhkan dalam memahami latar belakang suatu masalah, sedangkan
motivasi positif diperlukan dalam pemecahan masalah.
Menurut Sukardi (2002:22)
“Bimbingan belajar juga merupakan cara untuk meningkatkan pemahaman belajar
siswa. Bimbingan belajar atau akademik ialah bimbingan dalam hal menemukan cara
belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam
mengatasi kesukaran- kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan- tuntutan
belajar di suatu institusi pendidikan”.
Disamping pemberian
layanan- layanan secara khusus terhadap peserta didik yang kurang memiliki
motivasi belajar, dengan latar belakang masing- masing yang secara khusus pula,
konselor atau guru pembimbing dapat melakukan berbagai kegiatan untuk
meningkatkan motivasi belajar para siswa. Pembangkitan motivasi ini dapat
dilakukan secara langsung oleh konselor atau guru pembimbing sendiri,
dapat juga dilakukan melalui guru kelas, guru bidang studi atau guru-
guru pembina kegiatan ekstra kurikuler.
Mulyono (2003:34)
menyebutkan beberapa upaya untuk mengatasi kurangnya motivasi belajar siswa
yang dilakukan oleh konselor antara lain:
1.
Konselor dapat memberikan
informasi, penjelasan disertai dengan contoh- contoh tentang pentingnya
belajar, kemajuan- kemajuan yang dapat dicapai dalam belajar, orang- orang
sukses karena rajin dan giat belajar.
2.
Terhadap kelas, kelompok atau
individu peserta didik yang berprestasi diberi pujian, ganjaran ataupun hadiah.
Untuk membangkitkan motivasi belajar secara sederhana konselor dapat melakukan
melalui pemberian pujian. Pujian akan membangkitkan semanagat.
3.
Penghargaan terhadap pribadi
anak, semua orang termasuk anak- anak dan remaja ingin diterima dan dihargai. Upaya
untuk membangkitkan motivasi belajar perlu dilandasi oleh sikap dan penerimaan
yang wajar dan konselor terhadap keberadaan dan pribadi siswa.
Upaya-upaya untuk
mengatasi kurangnya motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh guru antara
lain:
a.
Menjelaskan manfaat dan tujuan
dari pembelajaran yang diberikan. Tujuan yang jelas dan manfaat yang betul-
betul dirasakan oeh peserta didik kan
membangkitkan motivasi belajar siswa.
b.
Memilih materi yang atau bahan
pembelajaran yang benar- benar dibutuhkan oleh peserta didik, yang mana yang
dibutuhkan akan menarik minat siswa, dan minat merupakan salah satu bentuk dari
motivasi.
c.
Memilih cara penyajian yang
bervariasi yang mana sesuai dengan kemapuan peserta didik dan banyak memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk ikut andil atau berpartsipasi dalam kelas
tersebut, yang mana peserta didik akan lebih merasa lebih semangat dari pada
hanya sekedar mendengar saja (monoton).
d.
Memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk sukses. Sukses yang telah dicapai oleh peserta didik akan
membuahkan sebuah motivasi belajar yang sangat besar
e.
Berilah kemudahan dan bantuan
dalam belajar. Tugas seorang guru atau pendidik disekolah tidak lain untuk
membantu perkembangan siswa. Agar perkembangan peserta didik lancar, berilah
kemudahan- kemudahan dalam belajar, dan janganlah guru mempersulit perkembangan
belajar peserta didik karena akan berakibat fatal kepada peserta didik.
f.
Berikanlah sebuah pujian, ganjaran atau
sebuah hadiah, karena itu sangat membuat peserta didik termotivasi, sama dengan
konselor, guru- guru juga dapat membangkitkan motivasi belajar melalui
pemberian pujian, ganjaran, atau kalau perlu hadiah.
Dalam proses
pembelajaran terjadi proses
komunikasi antara siswa
dan guru atau antara
siswa dengan siswa.
Guru adalah fasilitator
dalam proses pembelajaran. Guru bertugas menyediakan
situasi dan kondisi yang memungkinkan
terjadinya proses pdembelajaran
yang efektif dan
efisien. Untuk memudahkan
siswa memahami, menguasai dan
menangkap isi pelajaran,
membangkitkan gairah belajar
serta merangsang keaktifan siswa.
Menurut Sadiman
(2009:27), “Penggunaan media dalam
menyampaikan informasi kepada
siswa dapat membantu mengatasi sifat pasif anak didik. Animasi sederhana atau
atraktif akan membangkitkan minat belajar siswa”.
Menurut Susilo (2003:16), “Sumber
belajar yang dipiih dari lingkungan sekitar dapat berupa objek tempat tertentu,
majalah, koran maupun brosur. Lingkungan sekitar yaitu lingkungan rumah,
sekolah, sawah atau hutan, dapat digunakan sebagai sumber belajar yang baik”.
Oleh karena itu dalam mempelajari lingkungan, sejauh mungkin mencari kesempatan
untuk bisa belajar dari alam. Pendidikan dalam lingkungan ini memberi
kesempatan siswa untuk mengumpulkan data dari kegiatan pengamatan, pembuatan
sketsa, pemotretan, wawancara dan pengukuran. Dalam mengembangkan pembelajaran fisika
perlu diingat bahwa lingkungan siswa sendiri adalah sumber belajar biologi yang
sangat berharga. Melalui lingkungan kelas, sekolah atau rumah akan sangat berarti
bagi siswa untuk berperan aktif dalam mengelola lingkungan mereka.
2.3 Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Arikunto (Suhardjono, 2006:11)
yang dimaksud dengan ‘tindakan’ adalah suatu kegiatan yang diberikan oleh guru
kepada siswa agar mereka melakukan sesuatu yang beda dari biasanya, bukan hanya
mengerjakan soal yang ditulis di papan tulis atau mengerjakan LKS, sedangkan
istilah kelas dalam pengertian ini adalah sekelompok siswa yang sedang belajar
bersama dibawah bimbingan seorang guru.
Pada penelitian tindakan
kelas, dalam pelaksanaannya tidak dapat terlepas dari prinsip-prinsipnya. Prinsip pelaksanaan penelitian tindakan kelas antara lain:
a. Penelitiaan tindakan kelas tidak boleh menganggu tugas mengajar
guru.
b. Penelitian tindakan kelas tidak boleh terlalu banyak menghabiskan
waktu, karena itu penelitian tindakan kelas sudah harus dirancang dan
dipersiapkan dengan rinci dan matang.
c. Pelaksanaan dan tindakan hendakannya konsisten dengan rancangan yang
telah dibuat.
d. Masalah yang dikaji merupakan masalah benar-benar ada dan dihadapi
oleh guru.
e. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas harus selalu mengikuti etika
kerja yang berlaku (memperoleh izin dari kepala sekolah, membuat laporan dan
lain-lain).
f. Harus selalu menjadi fokus bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan
untuk menjadikan adanya perubahan peningkatan mutu proses dan hasil belajar,
melalui serangkaian bentuk tindakan pembelajaran. Oleh karena itu, adanya
kemauan dan kemampuan untuk berubah menjadi sangat penting.
g.
Penelitian
tindakan kelas dimaksudkan untuk menjabarkan guru agar meningkatkan dalam
kemauan dan kemampuan berpikir dan sistematis.
h.
Penelitian
tindakan kelas juga bertujuan untuk lebih membiasakan atau menjabarkan guru
untuk menulis, membuat catatan dan berbagai kegiatan akademik lainnya.
i.
Penelitian
tindakan kelas hendaknya dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata,
jelas, dan tajam.
Penelitian tindakan kelas
dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat 4 tahap
utama kegiatan yaitu, perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Gambar 2.1 Siklus Rancangan Penelitian
Tindakan (Action Research)
Sumber: Arikunto (2006:16)
Tujuan penelitian
tindakan kelas adalah:
a.
Penelitian
tindakan kelas pada dasarnya dilaksanakan demi perbaikan dan peningkatan praktek
pembelajaran secara berkesinambungan.
b.
Penelitian
tindakan kelas adalah mengembangkan kemampuan keterampilan guru untuk
menghadapi permasalahan aktual pembelajaran di kelas dan di sekolah.
c.
Penelitian
tindakan kelas dapat menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru dan pendidik.
2.3.1
Strategi Pemecahan Masalah IDEAL
Dilaksanakan Melalui Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Pelaksanaan proses belajar mengajar melalui strategi pemecahan
masalah IDEAL yaitu mengikuti
langkah-langkah, sebagaimana diuraikan berikut ini.
1. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok
2. Memberikan lembar kerja siswa kepada
setiap kelompok.
3. Memberikan informasi seperlunya tentang
LKS atau masalah yang harus di pecahkan
4. Memonitor dan membimbing siswa melakukan
kegiatan.
5. Menugaskan wakil salah satu kelompok untuk
melaporkan hasil kegiatan, dan kelompok lainnya memberikan tanggapan.
6. Menjaring pendapat siswa dan mengelompokkan
pendapat yang sama serta mencatatnya di papan tulis.
7. Menganalisis pendapat siswa dan menjelaskan
secara klasikal tentang konsep yang seharusnya di ketahui siswa.
Inti dari penelitian tindakan kelas yaitu beriorentasi
pada suatu tindakan untuk memecahkan masalah, adapun masalah yang dipecahkan di
sini adalah aktivitas siswa pasif dalam belajar sehingga menimbulkan prestasi
belajar rendah.
Pemecahan masalah di atas pada pembelajaran strategi
pemecahan masalah IDEAL, kegiatan
guru dan siswa mulai terlihat aktif pada langkah ke empat yaitu guru memonitor
dan membimbing siswa dalam melakukan kegiatan yaitu guru mengarahkan setiap
kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelompok, di sini siswa bertanya kepada
guru dan teman sehingga aktivitas siswa dalam kelompok terlihat aktif. Setelah selesai kegiatan dilakukan dalam
kelompok kemudian secara bergiliran guru menugaskan wakil salah satu kelompok
untuk melaporkan hasil kegiatan dan kelompok lain bertanya dan memberikan
tanggapan. Tugas guru pada saat itu adalah menjaring pendapat siswa dan
mengelompokan pendapat yang sama serta mencatatnya di papan tulis. Setelah
selesai semua kelompok melaporkan hasil kegiatan, kemudian guru menganalisis
pendapat siswa dan menjelaskan secara klasikal tentang konsep yang harus
diketahui siswa. Kemudian baru guru melakukan evaluasi.
Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas, masalah
yang terjadi dalam kelas berubah kearah yang lebih baik. Artinya siswa aktif
dalam belajar dan situasi di dalam kelas saat proses belajar mengajar
berlangsung dengan aktif. Jika ditinjau
kembali aktivitas guru dan siswa di atas, maka terlihat guru dan siswa aktif
dalam proses belajar mengajar, artinya prestasi belajar siswa juga meningkat.
2.4
Materi Gelombang Bunyi
2.4.1
Pengertian bunyi
Bunyi adalah suatu
gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium perantara dapat
berupa zat padat, cair dan gas.
Syarat terjadi dan terdengarnya bunyi adalah
sebagai berikut.
a.
Ada sumber bunyi
(benda yang bergetar).
b.
Ada medium (zat
antara untuk merambatnya bunyi).
c.
Ada penerima bunyi
yang berada di dekat atau dalam jangkauan sumber bunyi.
Bunyi yang terdengar
bergantung pada jarak antara sumber bunyi dan pendengar. Jarak yang ditempuh
bunyi tiap satuan waktu disebut cepat rambat bunyi (v). Persamaan untuk
mengukur cepat rambat bunyi, yaitu :
Keterangan rumus:
v = cepat rambat
gelombang bunyi (m/s)
s = jarak yang ditempuh (m)
t = waktu tempuh (s) (Marthen,
2002:162)
Oleh karena bunyi merupakan suatu bentuk
gelombang dapat dituliskan :
Keterangan rumus:
T = periode bunyi (s)
= panjang
gelombang bunyi (m) (Marthen,
2002:168)
Karena
bunyi merupakan gelombang maka bunyi mempunyai cepat rambat yang
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
- Kerapatan partikel medium yang dilalui bunyi. Semakin rapat susunan partikel medium maka semakin cepat bunyi merambat, sehingga bunyi merambat paling cepat pada zat padat.
- Suhu medium, semakin panas suhu medium yang dilalui maka semakin cepat bunyi merambat (Widagdo, 2004:89)
Bunyi
berdasarkan frekuensinya dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
- Infrasonik adalah bunyi yang frekuensinya kurang dari 20 Hz.
- Audiosonik adalah bunyi yang frekuensinya antara 20 Hz sampai dengan 20 kHz.
- Ultrasonik adalah bunyi yang frekuensinya lebihdari 20 kHz (Marthen, 2002:166)
Bunyi ultrasonik hanya
dapat didengar oleh lumba-lumba dan kelelawar. Selang frekuensi bunyi
audiosonik dapat didengar manusia, Akan tetapi, kepekaan pendengaran manusia
semakin tua semakin menurun, sehingga pada usia lanjut tidak semua bunyi yang
berada di rentang frekuensi ini dapat didengar. Bunyi infrasonik dapat didengar
oleh binatang-binatang tertentu, seperti anjing, laba-laba, dan jangkrik.
Dalam era modern dewasa ini
ultrasonik dapat diterapkan dalam berbagai bidang, yaitu:
1.
Sistem Pertahanan.
Ultrasonik dimanfaatkan
dalam alat sonar (sound navigation and ranging), yaitu sebagai alat detektor di
bawah air. misalnya ultrasonik dipasang pada kapal pemburu untuk mengetahui
posisi kapal selam atau sebaliknya dipasang pada kapal selam untuk mengetahui kedudukan
kapal di permukaan laut.
2.
Kesehatan
Fungsi ultrasonik
hampir menyerupai sinar-X,
yaitu untuk melihat
organ-organ tubuh bagian dalam,
khususnya organ tubuh
yang tidak boleh
dilihat dengan sinar-X, misalnya janin dalam rahim. Alat
kesehatan itu dinamakan Ultrasonography (USG).
3.
Industri
Dalam industri
ultrasonik digunakan untuk
meratakan campuran susu
agar homogen, membersihkan benda
yang halus, meratakan campuran besi dan
timah yang dilebur dalam industri logam, untuk sterilisasi pada
pengawetan makanan dalam kaleng dan sebagainya.
Faktor-faktor yang
memengaruhi kuat bunyi adalah:
1)
amplitudo,
2)
jarak sumber bunyi dari pendengar,
3)
jenis medium.
2.4.2
Resonansi
Keunikan setiap bunyi
dengan bunyi lainnya meskipun mempunyai frekuensi yang sama disebut sebagai
warna bunyi atau kualitas bunyi.
Pengaruh getaran terhadap medium
di sekitarnya (udara)
adalah timbulnya bunyi
yang semakin keras.
Gejala seperti ini dinamakan resonansi.
Beberapa alat musik yang berkaitan dengan penggunaan prinsip
resonansi.
a.
Gamelan
Gamelan terdiri dari kotak
resonansi yang di atasnya terdapat lempengan-lempengan logam yang berfungsi
sebagai penghasil getaran
jika dipukul. Apabila lempeng
logam gamelan dipukul, getarannya
menyebabkan udara yang
ada di bawahnya
ikut bergetar atau beresonansi sehingga menghasilkan nada
yang lebih tinggi.
b.
Alat musik pukul
Gendang tambur dan rebana
termasuk alat musik pukul yang menggunakan selaput tipis. Dibagian sisi
atau bawahnya diberi
lubang agar udara
di dalamnya bebas
bergetar. Apabila gendang atau tambur dipukul, selaput tipisnya bergetar
dan udara di dalamnya beresonansi. Selaput tipis sangat mudah beresonansi,
sumber getar yang frekuensinya lebih besar ataupun lebih kecil dapat
menyebabkan selaput tipis ikut bergetar. Jadi tidak selalu frekuensi kedua
benda harus sama.
c.
Alat musik tiup
Yang termasuk alat musik tiup adalah seruling, terompet, klarinet, trombon, dan saksofon. Apabila ditiup,
kolom udara di
dalamnya beresonansi. Perbedaan
antara alat musik tiup yang satu dengan yang lain terletak pada
cara mengubah panjang kolom udara dalam pipa.
d.
Alat musik petik/gesek
Apabila senar
getar dipetik, getaran
sinar menyebabkan udara
dalam kotak gitar beresonansi. Hal itu juga terjadi pada
biola.
Resonansi dapat mengakibatkan beberapa kerugian, antara
lain sebagai berikut:
- Bunyi ledakan bom dapat memecahkan kaca walaupun kaca tidak terkena langsung pecahan bom.
- Amplitudo resonansi yang besar yang dihasilkan dari sumber getar, misalnya getaran mesin pabrik dan kereta api, dapat meruntuhkan bangunan.
- Sepasukan prajurit tidak boleh melintasi jembatan dengan cara berbaris dengan langkah yang bersamaan sebab amplitudo resonansi yang ditimbulkannya menjadi bertambah besar sehingga dapat meruntuhkan jembatan
(Marthen,
2002:173)
Gelombang bunyi dapat
dipantulkan ketika mengenai penghalang. Hukum pemantulan bunyi sebagai berikut.
a.
Bunyi datang, bunyi pantul, dan
garis normal terletak pada bidang yang sama.
b.
Sudut datang sama dengan sudut
pantul.
Selang waktu antara bunyi
asli dan pantulannya di dalam gedung sangat kecil. Sehingga bunyi pantulan ini
bersifat merugikan karena dapat menggangu kejelasan bunyi asli disebut gaung.
Terjadinya gema hampir sama dengan gaung yaitu terjadi karena pantulan bunyi.
Namun, gema hanya terjadi bila sumber bunyi dan dinding pemantul jaraknya jauh,
lebih jauh daripada jarak sumber bunyi dan pemantul pada gaung.
Manfaat pemantulan bunyi
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
a.
Mengukur cepat rambat bunyi.
b.
Mengukur kedalaman laut.
c.
Mengukur panjang lorong gua.
No comments:
Post a Comment