Friday 6 November 2015

BAB II -- Penerapan strategi pemecahan masalah IDEAL untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Banda Aceh pada konsep Gelombang Bunyi

                                                              BAB II
LANDASAN TEORETIS

2.1 Stratagi Pemecahan Masalah IDEAL
Pergeseran paradigma pendidikan dari behavioristik menuju konstruktivistik melahirkan model, metode, pendekatan dan strategi-strategi baru dalam sistem pembelajaran khususnya dalam pembelajaran fisika. Salah satu strategi pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah adalah strategi pemecahan masalah IDEAL.
Strategi pemecahan masalah IDEAL adalah suatu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Suatu masalah terlalu kompleks untuk dipecahkan dengan iterasi/ proses tunggal maka siswa harus memecah masalah ke dalam beberapa sub masalah yang sesuai dengan tujuan. Dari model ini nampak bahwa pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas kognitif, di mana siswa tidak saja harus dapat mengerjakan, tetapi juga harus yakin bisa memecahkan. Dalam hal ini motivasi dan aspek sikap seperti usaha, keyakinan, kecemasan, persentensi dan pengetahuan tentang diri adalah sesuatu yang sangat penting dalam pemecahan masalah (Jonassen dalam Wena, 2009,88).
Menurut Wena (2009:88) Pemecahan masalah IDEAL terdiri dari lima tahap yaitu: (1) Identify the problem, (2) Define the problem, (3) Explore solution, (4) Act on the strategy, (5) Look back and evaluate the effect. Kelima fase tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:


a.       Identifikasi masalah
Identifikasi masalah merupakan tahap awal dari strategi ini. Dalam tahap ini guru membimbing siswa untuk memahami aspek-aspek permasalahan, seperti membantu untuk mengembangkan/ menganalisis permasalahan, mengajukan pertanyaan, mengkaji hubungan antardata, memetakan masalah, mengembangkan hipotesis-hipotesis.
b.      Mendefenisikan masalah
Dalam tahap ini kegiatan guru meliputi membantu dan membimbing siswa melihat hal/data/variabel yang sudah diketahui dan hal yang belum diketahui, mencari berbagai informasi, menyaring berbagai informasi yang ada dan akhirnya merumuskan masalah.
c.   Mencari solusi
      Dalam tahap ini kegiatan guru adalah membantu dan membimbing siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah, melakukan brainstorming, melihat alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang dan akhirnya memilih salah satu alternatif pemecahan masalah yang paling tepat.
d.   Melaksanakan strategi
      Melakukan langkah-langkah pemecahan masalah sesuai dengan alternatif yang telah dipilih. Dalam tahap ini siswa dibimbing secara tahap demi tahap dalam melakukan pemecahan masalah.
e.   Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh
      Dalam tahap ini kegiatan guru adalah membimbing siswa melihat/ mengkoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah yang telah dilakukan, apakah sudah benar, sudah sempurna, atau sudah lengkap. Disamping itu, siswa juga dibimbing untuk melihat pengaruh strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah.
            Kirkley dalam Wena (2009:91) menyatakan bahwa: “Strategi pemecahan masalah IDEAL lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dibandingkan dengan pemecahan lain”. Jika ditinjau dari dimensi siswa, penerapan strategi ini memberi keuntungan diantaranya: (1) meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa, (3) pembelajaran menjadi lebih bermakna.

2.1.1 Pemecahan Masalah
            Pada hakikatnya program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami dan menguasai apa dan bagaimana suatu terjadi, tetapi juga memberi pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa hal itu terjadi”. Berpijak pada permasalahan tersebut, maka pembelajaran pemecahan masalah menjadi sangat penting untuk diajarkan.
            Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampila dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di masyarakat. Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang andal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan serangkaian strategi pembelajaran pemecahan masalah.
            Pemecahan masalah merupakan suatu cara mengajar dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan . Metode ini menuntut kemampuan untuk melihat sebab akibat, mengobservasi problem, mencari hubungan antara berbagai data yang terkumpul kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah.
            Dalam memecahkan masalah siswa harus berfikir, mencobakan hipotesis dan bila berhasil memecahkan masalah itu maka siswa akan dapat mempelajari sesuatu yang baru. Berikut ini akan dikemukakan pendapat para ahli tentang pengertian pemecahan masalah. Menurut Munandar (2001:265), “Upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah disebut pemecahan masalah”.
            Selanjutnya menurut Wena (2009:52), “Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru”.
            Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses berfikir reflektif yang dilakukan siswa dalam menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya yang digunakan untuk memecahkan masalah atas keinginan sendiri. Metode pemecahan masalah mengajarkan pada siswa untuk mencari masalah, memecahkan masalah, dan menarik suatu kesimpulan dari hasil pemecahan masalah tersebut. Diharapkan baik secara individu mampu secara kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa.
            Seseorang dalam menghadapi suatu masalah, bila ia menghadapi situasi yang baru yang harus memberi respon tetapi tidak mempunyai informasi konsep, prinsip-prinsip dan cara yang dapat dipergunakan segera untuk memperoleh pemecahan. Misalnya seseorang siswa menghadapi situasi dimana ia harus mempergunakan rumus gaya supaya ia dapat memecahkan soal, tetapi ia tidak mengetahui cara-cara yang diperlukan.
            Menurut Wankat dalam Wena (2009:53) mengklasifikasikan lima tingkat taksonomi pemecahan masalah, yaitu sebagai berikut:
a.       Rutin: tindakaka rutin atau bersifat algoritmik yang dilakukan tanpa membuat suatu keputusan.
b.      Diagnostik: pemilihan suatu prosedur atau cara yang tepat secara rutin.
c.       Strategi: pemilihan prosedur secara rutin untuk memecahkan suatu masalah.
d.      Interpretasi: kegiatan pemecahan masalah yang sesungguhnya, karena melibatkan kegiatan mereduksi masalah nyata sehingga dapat dipecahkan.
e.       Generalisasi: pengembangan prosedur yang bersifat rutin untuk memecahkan masalah-masalah yang baru.

            Pemecahan masalah itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan dapat meloncat-loncat antara masing-masing langkah tersebut. Langkah-langkah tersebut merupakan hal yang harus ditanamkan pada siswa dalam proses pembelajaran dengan metode pemecahan masalah. Agar siswa mengerti pentingnya masalah dan memecahkannya.
            Setiap kali siswa memecahkan masalah, siswa mempelajari sesuatu yang baru, karena memecahkan masalah merupakan suatu bentuk belajar. Cara yang terbaik yang dilakukan guru dalam membantu siswa memecahkan masalah adalah dengan memecahkan masalah tersebut langkah demi langkah dengan menggunakan langkah-langkah tersebut di atas, dengan menggunakan contoh, gambar-gambar dan sebagainya. Siswa dibantu dan dibimbing untuk menemukan sindiri aturan yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut.




2.1.2 Pengertian Konsep
            Konsep tentang suatu objek dapat diperoleh dari hasil persepsi terhadap gejala-gejala alam, karena dari persepsi terhadap gejala akan diperoleh pemahaman secara konseptual tentang objek tersebut. Sebagai contoh, dari hasil persepsi terhadap bermacam-macam bentuk meja akan diperoleh pemahaman konseptual tentang meja. Semakin luas pengetahuan dan pengalaman yang relevan terhadap suatu objek, semakin berkembanglah konsep yang diperoleh tentang objek tersebut (Sund dan Trowbridge dalam Suparno, 2004:45).
            Menurut Amien (2001:23), konsep merupakan suatu gagasan atau ide yang didasarkan pada pengalaman tertentu yang relevan dan yang dapat digeneralisasikan. Labih lanjut dikatakan bahwa suatu konsep akan terbentuk apabila dua atau lebih objek dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri umum, bentuk dan sifat-sifatnya. Bourner seperti dikutip oleh Amien (2001:25), menyatakan bahwa suatu konsep dapat dianggap sebagai suatu unit pikiran atau gagasan. Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu konsep tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan satu sama lain dalam suatu sistem dinamik yang disebut sistem konseptual.
            Menurut Djohar (1994:66), ”Cara yang dipandang paling objektive untuk memperoleh kebenaran suatu konsep adalah dengan menggunakan metode ilmiah”. Suatu konsep dikatakan objektive jika konsep dapat dikonfirmasikan dengan kenyataannya, artinya simbol yang ada dalam konsep tersebut dapat ditelusuri keberadaannya di alam nyata. Oleh karena itu konsep dapat diartikan sebagai buah pikir manusia tentang alam nyata yang dinyatakan dengan simbol atau bahasa.
            Carnap seperti dikutip oleh Urevbo (1984:44), membagi konsep menjadi dua yaitu: Konsep empirik dan konsep teoritik, yang dimaksud dengan konsep empirik adalah konsep yang dapat diperoleh dari observasi secara langsung dengan menggunakan panca indera atau dapat diukur dengan teknik yang relatif sederhana misalnya konsep tentang suhu, bunga, meja, dan senyawa kimia. Sedangkan yang dimaksud dengan konsep teoritik adalah konsep yang tidak dapat diperoleh dari observasi langsung misalnya konsep tentang gen, energi, atom dan elektron.

2.2 Cara-cara Meningkatkan Pemahaman Siswa
Kondisi belajar berkaitan dengan materi topik yang dipelajari, dan pengelolaan belajar berkaitan dengan cara membangun minat dan pengetahuan belajar siswa. Pembangunan minat belajar dalam struktur kognitif siswa, baik secara superordinat maupun secara subordinat, membentuk suatupeta konsep dengan hirarki konsep dan hubungan antara konsep secara bermakna bergantung pada kesiapan dan kemampuan seseorang untuk membangunnya. Menurut Sukardi (2002:14), “Salah satu bentuk untuk membangun minat belajar siswa adalah dengan menggunakan metode belajar ataupun pendekatan pembelajaran”.
Lebih lanjut Sukmadinata (2007:34) menjelaskan bahwa, “Penggunaan metode pembelajaran ataupun pendekatan pembelajaran dapat mengoptimalkan proses pembelajaran dengan maksud untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa, serta hasil belajar siswa”. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan proses pembelajaran tersebut, maka guru dapat menggunakan  strategi pembelajaran IDEAL. Pada strategi ini guru dapat mengerjakan apa yang telah diketahui dalam bentuk yang lebih sederhana dan dapat mengetahui sampai di mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan. Dalam rangka meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kiranya perlu disempurnakan proses belajar mengajar, terutama pembelajaran fisika yang mempunyai kaitan langsung dengan perkembangan IPTEK. Akan tetapi, kenyataan sekarang ini ditemui sebagian besar siswa belum berhasil memahami konsep-konsep fisika maupun aplikasi konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Motivasi belajar adakalanya  muncul dan sejalan dengan tujuan belajar, seperti menguasai ilmu pengetahuan, memiliki kecakapan atau kompetensi, motivasi yang seperti ini termasuk pada motivasi intrinsik, sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi belajar yang didorong hal lain diluar  belajar, akan tetapi masih ada hubungannya dengan belajar atau hasil belajar, seperti ingin mendapatkan ijazah, ingin diterima di sekolah favorit, ingin di sayang orang tua (Sukardi, 2002:20).
Belajar merupakan semua aktifitas yang dilakukan peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan kemampuan atau kompetensi, yang mana dapat berlangsung disekolah ataupun diluar sekolah, pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang dilaksanakan di sekolah bersama guru atau dengan bimbingan guru. Keberhasilan belajar dan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh motivasi, sebab motivasi belajar dapat diumpamakan mesin atau motor yang menggerakkan perahu belajar. Para peserta didik yang belajar secara teratur, rajin, sungguh- sungguh, tekun dan sebagainya karena mereka memiliki motivasi belajar yang kuat.
Kurang atau rendahnya belajar seorang  peserta didik bukan suatu hal yang tanpa sebab, akan tetapi ada sebabnya. Seperti telah dikemukakan bahwa sebab- sebab rendahnya atau kurangnya motivasi belajar siswa itu berasal dari guru, sekolah, dan teman- temannya, dari pihak keluarga terutama ayah dan ibu atau saudara- saudaranya, dan juga berpangkal dari diri sendiri, kesehatan pribadi dan reaksi- reaksi terhadap lingkungannya. Untuk membantu peserta didik yang kurang motivasi belajar, perlu diketahui terlebih dahulu hal- hal yang melatar belakanginya. Seperti halnya pada masalah bimbingan dan konselig pada umumnya, pada masalah rendahnya motivasi belajar yang dicoba diperbaiki atau dihilangkan bukan motivasinya tetapi hal- hal yang melatar belakanginya.
Didalam pembelajaran baik motivasi positif maupun motivasi negatif sama pentingnya. Motivasi positif dalam rangka pengembangan dan penyaluran bakat, minat serta dalam pemberian treatment kepada siswa. Motivasi negatif juga penting sebab peserta didik memperlihatkan tingkah laku belajar yang tidak produktif karena adanya motivasi negatif tertentu. Dengan demikian motivasi negatif dibutuhkan dalam memahami latar belakang suatu masalah, sedangkan motivasi positif diperlukan dalam pemecahan masalah.
Menurut Sukardi (2002:22) “Bimbingan belajar juga merupakan cara untuk meningkatkan pemahaman belajar siswa. Bimbingan belajar atau akademik ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran- kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan- tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan”.
Disamping pemberian layanan- layanan secara khusus terhadap peserta didik yang kurang memiliki motivasi belajar, dengan latar belakang masing- masing yang secara khusus pula, konselor atau guru pembimbing dapat melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan motivasi belajar para siswa. Pembangkitan motivasi ini dapat dilakukan secara langsung oleh konselor atau guru pembimbing sendiri, dapat  juga dilakukan melalui guru kelas, guru bidang studi atau guru- guru pembina kegiatan ekstra kurikuler.
Mulyono (2003:34) menyebutkan beberapa upaya untuk mengatasi kurangnya motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh konselor antara lain:
1.           Konselor dapat memberikan informasi, penjelasan disertai dengan contoh- contoh tentang pentingnya belajar, kemajuan- kemajuan yang dapat dicapai dalam belajar, orang- orang sukses karena rajin dan giat belajar.
2.           Terhadap kelas, kelompok atau individu peserta didik yang berprestasi diberi pujian, ganjaran ataupun hadiah. Untuk membangkitkan motivasi belajar secara sederhana konselor dapat melakukan melalui pemberian pujian. Pujian akan membangkitkan semanagat.
3.           Penghargaan terhadap pribadi anak, semua orang termasuk anak- anak dan remaja ingin diterima dan dihargai. Upaya untuk membangkitkan motivasi belajar perlu dilandasi oleh sikap dan penerimaan yang wajar dan konselor terhadap keberadaan dan pribadi siswa.

Upaya-upaya untuk mengatasi kurangnya motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh guru antara lain:
a.       Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pembelajaran yang diberikan. Tujuan yang jelas dan manfaat yang betul- betul dirasakan oeh peserta didik kan membangkitkan motivasi belajar siswa. 
b.      Memilih materi yang atau bahan pembelajaran yang benar- benar dibutuhkan oleh peserta didik, yang mana yang dibutuhkan akan menarik minat siswa, dan minat merupakan salah satu bentuk dari motivasi.
c.       Memilih cara penyajian yang bervariasi yang mana sesuai dengan kemapuan peserta didik dan banyak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk ikut andil atau berpartsipasi dalam kelas tersebut, yang mana peserta didik akan lebih merasa lebih semangat dari pada hanya sekedar mendengar saja (monoton).
d.      Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk sukses. Sukses yang telah dicapai oleh peserta didik akan membuahkan sebuah motivasi belajar yang sangat besar
e.       Berilah kemudahan dan bantuan dalam belajar. Tugas seorang guru atau pendidik disekolah tidak lain untuk membantu perkembangan siswa. Agar perkembangan peserta didik lancar, berilah kemudahan- kemudahan dalam belajar, dan janganlah guru mempersulit perkembangan belajar peserta didik  karena akan berakibat fatal kepada peserta didik.
f.          Berikanlah sebuah pujian, ganjaran atau sebuah hadiah, karena itu sangat membuat peserta didik termotivasi, sama dengan konselor, guru- guru juga dapat membangkitkan motivasi belajar melalui pemberian pujian, ganjaran, atau kalau perlu hadiah.

Dalam  proses  pembelajaran  terjadi  proses  komunikasi  antara  siswa  dan  guru atau  antara  siswa  dengan  siswa.  Guru  adalah  fasilitator  dalam  proses  pembelajaran. Guru bertugas menyediakan situasi dan kondisi yang memungkinkan  terjadinya proses pdembelajaran  yang  efektif  dan  efisien.  Untuk  memudahkan  siswa  memahami, menguasai  dan  menangkap  isi  pelajaran,  membangkitkan  gairah  belajar  serta merangsang keaktifan siswa. 
Menurut  Sadiman  (2009:27), “Penggunaan  media  dalam  menyampaikan  informasi kepada siswa dapat membantu mengatasi sifat pasif anak didik. Animasi sederhana atau atraktif akan membangkitkan minat belajar siswa”.
Menurut Susilo (2003:16), “Sumber belajar yang dipiih dari lingkungan sekitar dapat berupa objek tempat tertentu, majalah, koran maupun brosur. Lingkungan sekitar yaitu lingkungan rumah, sekolah, sawah atau hutan, dapat digunakan sebagai sumber belajar yang baik”. Oleh karena itu dalam mempelajari lingkungan, sejauh mungkin mencari kesempatan untuk bisa belajar dari alam. Pendidikan dalam lingkungan ini memberi kesempatan siswa untuk mengumpulkan data dari kegiatan pengamatan, pembuatan sketsa, pemotretan, wawancara dan pengukuran. Dalam mengembangkan pembelajaran fisika perlu diingat bahwa lingkungan siswa sendiri adalah sumber belajar biologi yang sangat berharga. Melalui lingkungan kelas, sekolah atau rumah akan sangat berarti bagi siswa untuk berperan aktif dalam mengelola lingkungan mereka.

2.3 Penelitian Tindakan Kelas
            Menurut Arikunto (Suhardjono, 2006:11) yang dimaksud dengan ‘tindakan’ adalah suatu kegiatan yang diberikan oleh guru kepada siswa agar mereka melakukan sesuatu yang beda dari biasanya, bukan hanya mengerjakan soal yang ditulis di papan tulis atau mengerjakan LKS, sedangkan istilah kelas dalam pengertian ini adalah sekelompok siswa yang sedang belajar bersama dibawah bimbingan seorang guru.
              Pada penelitian tindakan kelas, dalam pelaksanaannya tidak dapat terlepas dari prinsip-prinsipnya. Prinsip pelaksanaan penelitian tindakan kelas antara lain:
a.       Penelitiaan tindakan kelas tidak boleh menganggu tugas mengajar guru.
b.      Penelitian tindakan kelas tidak boleh terlalu banyak menghabiskan waktu, karena itu penelitian tindakan kelas sudah harus dirancang dan dipersiapkan dengan rinci dan matang.
c.       Pelaksanaan dan tindakan hendakannya konsisten dengan rancangan yang telah dibuat.
d.      Masalah yang dikaji merupakan masalah benar-benar ada dan dihadapi oleh guru.
e.       Pelaksanaan penelitian tindakan kelas harus selalu mengikuti etika kerja yang berlaku (memperoleh izin dari kepala sekolah, membuat laporan dan lain-lain).
f.       Harus selalu menjadi fokus bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan untuk menjadikan adanya perubahan peningkatan mutu proses dan hasil belajar, melalui serangkaian bentuk tindakan pembelajaran. Oleh karena itu, adanya kemauan dan kemampuan untuk berubah menjadi sangat penting.
g.      Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk menjabarkan guru agar meningkatkan dalam kemauan dan kemampuan berpikir dan sistematis.
h.      Penelitian tindakan kelas juga bertujuan untuk lebih membiasakan atau menjabarkan guru untuk menulis, membuat catatan dan berbagai kegiatan akademik lainnya.
i.        Penelitian tindakan kelas hendaknya dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam.
              Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat 4 tahap utama kegiatan yaitu, perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
 













Gambar 2.1 Siklus Rancangan Penelitian Tindakan (Action Research)
Sumber: Arikunto (2006:16)
              Tujuan penelitian tindakan kelas adalah:
a.       Penelitian tindakan kelas pada dasarnya dilaksanakan demi perbaikan dan peningkatan praktek pembelajaran secara berkesinambungan.
b.      Penelitian tindakan kelas adalah mengembangkan kemampuan keterampilan guru untuk menghadapi permasalahan aktual pembelajaran di kelas dan di sekolah.
c.       Penelitian tindakan kelas dapat menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru dan pendidik.


2.3.1        Strategi Pemecahan Masalah IDEAL Dilaksanakan Melalui Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

              Pelaksanaan proses belajar mengajar melalui strategi pemecahan masalah IDEAL yaitu mengikuti langkah-langkah, sebagaimana diuraikan berikut ini. 
1.      Membagi siswa menjadi  beberapa kelompok
2.      Memberikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok.
3.      Memberikan informasi seperlunya tentang LKS atau masalah yang harus di pecahkan
4.      Memonitor dan membimbing siswa melakukan kegiatan.
5.      Menugaskan wakil salah satu kelompok untuk melaporkan hasil kegiatan, dan kelompok lainnya memberikan tanggapan.
6.      Menjaring pendapat siswa dan mengelompokkan pendapat yang sama serta mencatatnya di papan tulis.
7.      Menganalisis pendapat siswa dan menjelaskan secara klasikal tentang konsep yang seharusnya di ketahui siswa.

              Inti dari penelitian tindakan kelas yaitu beriorentasi pada suatu tindakan untuk memecahkan masalah, adapun masalah yang dipecahkan di sini adalah aktivitas siswa pasif dalam belajar sehingga menimbulkan prestasi belajar rendah.
               Pemecahan masalah di atas pada pembelajaran strategi pemecahan masalah IDEAL, kegiatan guru dan siswa mulai terlihat aktif pada langkah ke empat yaitu guru memonitor dan membimbing siswa dalam melakukan kegiatan yaitu guru mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelompok, di sini siswa bertanya kepada guru dan teman sehingga aktivitas siswa dalam kelompok terlihat aktif. Setelah selesai kegiatan dilakukan dalam kelompok kemudian secara bergiliran guru menugaskan wakil salah satu kelompok untuk melaporkan hasil kegiatan dan kelompok lain bertanya dan memberikan tanggapan. Tugas guru pada saat itu adalah menjaring pendapat siswa dan mengelompokan pendapat yang sama serta mencatatnya di papan tulis. Setelah selesai semua kelompok melaporkan hasil kegiatan, kemudian guru menganalisis pendapat siswa dan menjelaskan secara klasikal tentang konsep yang harus diketahui siswa. Kemudian baru guru melakukan evaluasi.
              Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas, masalah yang terjadi dalam kelas berubah kearah yang lebih baik. Artinya siswa aktif dalam belajar dan situasi di dalam kelas saat proses belajar mengajar berlangsung dengan aktif.  Jika ditinjau kembali aktivitas guru dan siswa di atas, maka terlihat guru dan siswa aktif dalam proses belajar mengajar, artinya prestasi belajar siswa juga meningkat.
                

2.4      Materi  Gelombang Bunyi
2.4.1        Pengertian bunyi
Bunyi adalah suatu gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium perantara dapat berupa zat padat, cair dan gas.
Syarat terjadi dan terdengarnya bunyi adalah sebagai berikut.
a.       Ada sumber bunyi (benda yang bergetar).
b.      Ada medium (zat antara untuk merambatnya bunyi).
c.       Ada penerima bunyi yang berada di dekat atau dalam jangkauan sumber bunyi.
Bunyi yang terdengar bergantung pada jarak antara sumber bunyi dan pendengar. Jarak yang ditempuh bunyi tiap satuan waktu disebut cepat rambat bunyi (v). Persamaan untuk mengukur cepat rambat bunyi, yaitu :

Keterangan rumus:
v          = cepat rambat gelombang bunyi (m/s)
 s          = jarak yang ditempuh (m)
 t          = waktu tempuh (s)                                         (Marthen, 2002:162)

Oleh karena bunyi merupakan suatu bentuk gelombang dapat dituliskan :

Keterangan rumus:
T          = periode bunyi (s)
        = panjang gelombang bunyi (m)                     (Marthen, 2002:168)

Karena bunyi merupakan gelombang  maka bunyi mempunyai cepat rambat yang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
  1. Kerapatan partikel medium yang dilalui bunyi. Semakin rapat susunan partikel medium maka semakin cepat bunyi merambat, sehingga bunyi merambat paling cepat pada zat padat.
  2. Suhu medium, semakin panas suhu medium yang dilalui maka semakin cepat bunyi merambat (Widagdo, 2004:89)
Bunyi berdasarkan frekuensinya dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
  1. Infrasonik adalah bunyi yang frekuensinya kurang dari 20 Hz.
  2. Audiosonik adalah bunyi yang frekuensinya antara 20 Hz sampai dengan 20 kHz.
  3. Ultrasonik adalah bunyi yang frekuensinya lebihdari 20 kHz (Marthen, 2002:166)
Bunyi ultrasonik hanya dapat didengar oleh lumba-lumba dan kelelawar. Selang frekuensi bunyi audiosonik dapat didengar manusia, Akan tetapi, kepekaan pendengaran manusia semakin tua semakin menurun, sehingga pada usia lanjut tidak semua bunyi yang berada di rentang frekuensi ini dapat didengar. Bunyi infrasonik dapat didengar oleh binatang-binatang tertentu, seperti anjing, laba-laba, dan jangkrik.
Dalam era modern dewasa ini ultrasonik dapat diterapkan dalam berbagai bidang, yaitu:
1.      Sistem Pertahanan.
Ultrasonik dimanfaatkan dalam alat sonar (sound navigation and ranging), yaitu sebagai alat detektor di bawah air. misalnya ultrasonik dipasang pada kapal pemburu untuk mengetahui posisi kapal selam atau sebaliknya dipasang pada kapal selam untuk mengetahui kedudukan kapal di permukaan laut.
2.   Kesehatan
Fungsi  ultrasonik  hampir  menyerupai  sinar-X,  yaitu  untuk  melihat  organ-organ  tubuh bagian  dalam,  khususnya  organ  tubuh  yang  tidak  boleh  dilihat  dengan  sinar-X, misalnya janin dalam rahim. Alat kesehatan itu dinamakan Ultrasonography (USG).
3.   Industri
Dalam  industri  ultrasonik  digunakan  untuk  meratakan  campuran  susu  agar  homogen, membersihkan benda yang halus, meratakan campuran besi dan  timah yang dilebur dalam industri logam, untuk sterilisasi pada pengawetan makanan dalam kaleng dan sebagainya.
Faktor-faktor yang memengaruhi kuat bunyi adalah:
  1) amplitudo,
  2) jarak sumber bunyi dari pendengar,
  3) jenis medium.

2.4.2    Resonansi
Keunikan setiap bunyi dengan bunyi lainnya meskipun mempunyai frekuensi yang sama disebut sebagai warna bunyi atau kualitas bunyi.
Pengaruh getaran terhadap  medium  di  sekitarnya  (udara)  adalah  timbulnya  bunyi  yang  semakin  keras.  Gejala seperti ini dinamakan resonansi.
Beberapa alat musik  yang berkaitan dengan penggunaan prinsip resonansi.
a.       Gamelan
Gamelan terdiri dari kotak resonansi yang di atasnya terdapat lempengan-lempengan logam yang  berfungsi  sebagai  penghasil  getaran  jika  dipukul. Apabila  lempeng  logam  gamelan dipukul,  getarannya  menyebabkan  udara  yang  ada  di  bawahnya  ikut  bergetar  atau beresonansi sehingga menghasilkan nada yang  lebih  tinggi.
b.      Alat musik pukul
Gendang tambur dan rebana termasuk alat musik pukul yang menggunakan selaput tipis. Dibagian  sisi  atau  bawahnya  diberi  lubang  agar  udara  di  dalamnya  bebas  bergetar. Apabila gendang atau tambur dipukul, selaput tipisnya bergetar dan udara di dalamnya beresonansi. Selaput tipis sangat mudah beresonansi, sumber getar yang frekuensinya lebih besar ataupun lebih kecil dapat menyebabkan selaput tipis ikut bergetar. Jadi tidak selalu frekuensi kedua benda harus sama.
c.       Alat musik tiup
Yang  termasuk alat musik  tiup adalah seruling,  terompet, klarinet,  trombon, dan saksofon. Apabila  ditiup,  kolom  udara  di  dalamnya  beresonansi.  Perbedaan  antara  alat musik  tiup yang satu dengan yang lain terletak pada cara mengubah panjang kolom udara dalam pipa.
d.      Alat musik petik/gesek
Apabila  senar  getar  dipetik,  getaran  sinar  menyebabkan  udara  dalam  kotak  gitar beresonansi. Hal itu juga terjadi pada biola.
Resonansi  dapat mengakibatkan beberapa kerugian, antara lain sebagai berikut:
  1. Bunyi ledakan bom dapat memecahkan kaca walaupun kaca tidak terkena langsung pecahan bom.
  2. Amplitudo resonansi yang besar yang dihasilkan dari sumber getar, misalnya getaran mesin pabrik dan kereta api, dapat meruntuhkan bangunan.
  3. Sepasukan  prajurit  tidak  boleh  melintasi  jembatan  dengan  cara  berbaris  dengan  langkah yang bersamaan sebab amplitudo resonansi yang ditimbulkannya menjadi bertambah besar sehingga dapat meruntuhkan jembatan
      (Marthen, 2002:173)

Gelombang bunyi dapat dipantulkan ketika mengenai penghalang. Hukum pemantulan bunyi sebagai berikut.
a.       Bunyi datang, bunyi pantul, dan garis normal terletak pada bidang yang sama.
b.      Sudut datang sama dengan sudut pantul.
Selang waktu antara bunyi asli dan pantulannya di dalam gedung sangat kecil. Sehingga bunyi pantulan ini bersifat merugikan karena dapat menggangu kejelasan bunyi asli disebut gaung. Terjadinya gema hampir sama dengan gaung yaitu terjadi karena pantulan bunyi. Namun, gema hanya terjadi bila sumber bunyi dan dinding pemantul jaraknya jauh, lebih jauh daripada jarak sumber bunyi dan pemantul pada gaung.
Manfaat pemantulan bunyi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
a.       Mengukur cepat rambat bunyi.
b.      Mengukur kedalaman laut.
c.       Mengukur panjang lorong gua.

No comments:

Post a Comment