BAB II LANDASAN
TEORITIS
2.1
Pengertian Belajar dan Mengajar
2.1.1
Pengertian Belajar
Belajar adalah
sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan,
sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan
yang lainnya.
Trianto (2009:15) mengemukakan bahwa belajar sebagai
proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami
dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi makna belajar; bukan dimulai dari
sesuatu yang benar-benar belum diketahui, tetapi keterkaitan dari dua
pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru. Trianto (2009:15)
menyatakan,
Belajar adalah suatu proses aktif; siswa membangun
pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahun yang sudah dimilikinya.
Dalam pandangan konstruktivisme belajar bukanlah semata-mata menstransfer
pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi lebih pada cara kerja otak dalam
memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang
sudah dimilikinya dalam format yang baru.
Perihal pendapat di atas dimaksudkan bahwa belajar
merupakan perubahan yang terjadi pada individu melalui pengalaman, dan bukan
karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang
sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun
tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan
pada diri pembelajar.
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku
tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru
diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu
dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi belajar diartikan sebagai
proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham
menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil dan dari kebiasaan lama
menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu
sendiri.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses mendidik yang menambah serta mengumpulkan sejumlah
pengetahuan dan pengalaman.
2.1.2
Pengertian Mengajar
Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta
mengarahkan siswa untuk belajar. Trianto
(2009:17) mengemukakan bahwa mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar
menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta
ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan
siswa.
Mengajar merupakan
segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk
terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Seorang guru harus memiliki kemampuan mengajar. Kemampuan mengajar selain
merupakan bakat juga bisa merupakan keahlian yang dapat dipelajari sehingga
pada dasarnya semua orang bisa menjadi guru.
Mengajar pada prinsipnya membimbing
siswa dalam kegiatan mengajar yang mengandung pengertian bahwa mengajar adalah
usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan
bahan pengajaran, sehingga terjadi proses belajar mengajar. Tujuan mengajar
adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami peserta didik.
2.2 Aspek
Belajar dan Mengajar
Setiap melakukan suatu kegiatan untuk
memperoleh hasil yang maksimal atau sesuai dengan rencana maka sebelumnya sudah
diskenariokan dengan persiapan yang bagus dan matang. Belajar dan mengajar
merupakan suatu kegiatan, dan keduanya tidak luput dari persiapan yang bagus
dari para pelakoninya jika ingin memperoleh hasil yang maksimal atau sesuai
dengan keinginan.
Belajar dilakoni oleh para siswa
(pelajar), setiap siswa mempunyai watak yang berbeda, sehingga persiapan yang
telah mereka persiapkan juga berbeda, namun kebanyakan tidak sesuai dengan
hakekat dari belajar itu sendiri, yakni munculnya berbagai hambatan baik dari
segi mental maupun peralatan.
Dari segi mental, itu merupakan hambatan
fisiologis
seperti terlihat di dalam pernyataan Hamid
(2009:185) “Hambatan yang bersifat fisiologis,
misalnya waktu belajar anak-anak sering merasa pusing, cepat mengantuk, mata
sakit bila membaca, dan sebagainya. Dan hambatan dari segi persiapan lebih
mengarah kepada kesiapan siswa untuk akan mengikuti proses belajar, karena hal
tersebut merupakan kebutuhan pribadi mereka”.
Kedua hambatan tersebut muncul karena
berbagai faktor, terutama karena faktor lingkungan yang tidak saling mendukung
akan aktivitas mereka. Namun segala permasalahan tentu mempunyai
penyelesaiannya, yakni berupa motivasi dan minat mereka akan belajar. Tetapi
motivasi dan minat akan suatu hal timbul karena adanya dorongan, terutama dari
gurunya.
Mengajar dilakoni oleh para pendidik,
yaitu guru. Persiapan yang matang pun juga harus dilakukan oleh guru untuk
proses mengajar para siswa. Dengan berbagai hambatan yang dimiliki para siswa
dalam proses belajar, guru harus bisa mengatasinya. Dorongan akan motivasi dan
minat para siswa untuk belajar sangat bergantung pada gurunya, oleh karena itu
guru dituntut untuk selalu kreatif dan cerdas yakni sebagai strategi jitu dalam
proses mengajar.
2.3
Hakikat Hasil Belajar
Setiap
proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa akan
menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar
sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka
membantu meningkatkan keberhasilan siswa
yang dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor internal dari siswa itu sendiri.
Sanjaya (2008:13) mengatakan, “Hasil
belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan
khusus yang direncanakan”. Dalam kegiatan ini tugas utama guru adalah merancang
instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai
tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan
memperbaiki program pembelajaran.
Dalam
setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah, setiap siswa mengharapkan untuk mendapatkan
hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta
didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui
proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit
diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Trianto (2009:20) mengemukakan bahwa hasil belajar
adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk
mengetahui perkembangan yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar, maka harus dilakukan
evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria yang
mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa
besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa.
Berdasarkan
uraian diatas jelaslah bahwa hasil belajar siswa tidak hanya ditentukan dari
kemampuan belajarnya, tetapi juga sistem pengajaran yang digunakan oleh guru
misalnya dalam mengajar menggunakan model pembelajaran yang disesuikan dengan
materi.
2.4
Model
Pembelajaran
Model
diartikan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan
sesuatu hal. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru, yakni
berupa kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Rusman
(2013:133) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain.
Istilah model pembelajaran mempunyai
makna yang lebih luas, Trianto
(2009:22) mengemukakan bahwa the term
teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its
goals, syntax, environment, and management system. Model pembelajaran
mengacu pada tujuan, sintaks,
lingkungan, dan sistem pengelolaannya.
Model
pembelajaran mempunyai 4 (empat) ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi,
metode atau prosedur, yaitu;
a.
Rasional
teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
b.
Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai).
c.
Tingkah laku
mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil.
d.
Lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual sehingga model pembelajaran dapat digunakan
sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam
mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Eggen (2012:7) menyatakan bahwa model
mengajar atau model pengajaran adalah pendekatan spesifik dalam mengajar yang
memiliki 3 (tiga) ciri, yaitu:
a.
Tujuan; model mengajar dirancang untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memperoleh pemahaman mendalam
tentang bentuk spesifik materi.
b.
Fase; model mengajar mencakup serangkaian langkah atau
fase yang bertujuan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik.
c.
Fondasi; model mengajar didukung teori dan penelitian
tentang pembelajaran dan motivasi.
2.5
Model
Problem Based Instruction
2.5.1
Pengertian
Model Problem Based Instruction
Model pembelajaran problem based instruction merupakan model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan
siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al.,
2001). Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang
topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah,
mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis
data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah,
bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
Peranan guru sebagai pembimbing dan
negosiator. Peran-peran
tersebut dapat ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan
pengklarifikasian masalah. Menurut
Ibrahim dalam Trianto (2009:97), didalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan
kelas tradisional. Peran guru didalam kelas PBI antara lain:
1. Mengajukan
masalah atau mengoriantasi siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah
kehidupan nyata sehari-hari;
2. Memfasilitasi
atau membimbing siswa melakukan penyelidikan
misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperime atau percobaan;
3. Memfasilitasi
dialog siswa;
4. Mendukung
belajar siswa.
Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa,
bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, artikel, jurnal,
kliping, peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja
dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk
itu.
2.5.2
Fase
Model Problem Based Instruction
Adapun fase
pembelajaran pada model problem based
instruction antara lain:
1. Guru
menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat
pendukung yang dibutuhkan.
2. Guru
memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang telah
dipilih.
3. Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
4. Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan
pemecahan masalah
5. Guru
membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan
dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
6. Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
2.5.3
Kelebihan
dan Kekurangan Model Problem Based
Instruction
a. Kelebihan
Adapun kelebihannya,
yaitu :
ü Siswa
dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya
dengan baik
ü Dilatih
untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
ü Dapat
memperoleh dari berbagai sumber
ü Siswa
berperan aktif dalam KBM.
ü Siswa
lebih memahami konsep matematika yg diajarkan sebab mereka sendiri yang
menemukan konsep tersebut.
ü Melibatkan
siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir siswa
yang lebih tinggi
ü Pembelajaran
lebih bermakna
ü Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran
matematika sebab masalah yang diselesaikan merupakan masalah sehari-hari
ü Menjadikan siswa lebih mandiri
ü Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi
aspirasi dan menerima pendapat orang lai
ü Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta
berlatih mengemukakan pendapat
b. Kekurangan
Adapun kekurangannya,
yaitu:
ü Memerlukan persiapan yang matang
bagi guru dan lingkungan yang mendukung.
ü Untuk
siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
ü Membutuhkan
banyak waktu dan dana.
ü Tidak
semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
ü Membutuhkan
fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk siswa yang terkondisi
untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dll
ü Kurang
efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya maksimal 30 siswa
perkelas.
2.6
Model
Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
2.6.1
Pengertian
Model Pengajaran Langsung
Istilah model pengajaran langsung
sering disebut juga dengan model pengajaran aktif (active teaching model), training
model, mastery teaching, dan explicit
instruction. Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang
bersifat teacher center. Satu ciri
dalam pengajaran langsung adalah diterapkannya strategi modeling, yakni
strategi yang dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa seseorang dapat belajar
melalui pengamatan perilaku orang lain.
Trianto
(2009:41) mengemukakan bahwa model pengajaran langsung adalah salah satu
pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang
dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah
bahwa siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan
tingkah laku gurunya. Atas dasar pemikirian tersebut hal penting yang harus
diingat dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari
penyampaian pengetahuan yang terlalu kompleks.
Eggen (2012:363) mengatakan, “Model pengajaran langsung adalah
satu model yang menggunakan peragaan dan penjelasan guru digabungkan dengan
latihan dan umpan balik siswa untuk membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan nyata yang dibutuhkan untuk pembelajaran lebih jauh”.
Model pengajaran direct
instruction mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada
proses belajar konsep dan keterampilan motorik. Model pengajaran direct instruction menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih terstruktur.
2.6.2
Ruang
Lingkup Pengajaran Langsung
2.6.2.1
Tujuan
Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa
Para pakar teori belajar membedakan
dua macam pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Trianto (2009:42) mengemukakan bahwa pengetahuan
deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang
sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara
melakuakn sesuatu.
Jika
dalam fisika contohnya, pengetahuan deklaratif berupa rumus atau formula dan
hukum suatu pokok materi, maka pengetahuan proseduralnya berkaitan dengan cara
memperoleh rumus tersebut atau persamaan konsepnya. Pengetahuan prosedural
memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif.
Para guru selalu menghendaki agar para siswa memperoleh kedua macam pengetahuan
tersebut, supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan sesuatu
dengan baik.
2.6.2.2 Sintaks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan
Pengajaran
langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditranformasikan langsung
oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan
tepat waktu yang digunakan.
Berikut ini sintaks model pengajaran langsung yang dilalui dengan
5 (lima) tahap, yakni;
No
|
Fase
|
Peran Guru
|
1
|
Orientasi
(Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan Siswa)
|
Guru
memperkenalkan pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar dan mereview pemahaman awal
|
2
|
Presentasi
(Mendemonstrasikan Pengetahuan dan Keterampilan)
|
Guru
menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan
|
3
|
Latihan Terstruktur
(Membimbing Pelatihan)
|
Guru
memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan
|
4
|
Latihan Terbimbing
(Mengecek Pemahaman dan
Memberikan Umpan Balik)
|
Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan.
|
5
|
Latihan Mandiri
(Memberikan Kesempatan untuk
Pelatihan Lanjutan dan Penerapan)
|
Siswa
melakukan kegiatan latihan secara mandiri
|
2.6.2.1 Lingkungan Belajar dan Sistem pengelolaannya
Meskipun tujuan pembelajaran dapat
direncanakan bersama oleh guru dan siswa, namun model pengajaran langsung
berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan,
mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Hal ini tidak berarti
bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor, tetapi
lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa
mencapai hasil belajar dengan baik.
2.6.1
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pengajaran Langsung
a. Kelebihan
Adapun
kelebihannya,yaitu:
ü Guru mengendalikan isi materi dan
urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus
mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
ü Ceramah merupakan cara yang
bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca
atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
ü Bergantung pada kemampuan refleksi
guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
b. Kekurangan
Adapun kekurangannya,
yaitu:
ü Karena guru memainkan peran pusat,
sehingga kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru.
ü Jika terlalu sering digunakan, model
pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu
mereka semua yang perlu mereka ketahui.
ü Karena model pembelajaran langsung
melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan
balik mengenai pemahaman siswa.
2.1
Persamaan dan Perbedaan antara Model Problem
Based Instruction
dan Model Pengajaran Langsung
a. Persamaan
Adapun persamaan model problem based instruction dan model pengajaran langsung dalam
pelaksanaannya, yaitu :
ü Fokus
pada akademik
ü Penerapan
strategi modeling
ü Siswa
sebagai objek
ü Proses pembelajaran alamiah
ü Tuntutan
keahlian dan keterampilan guru
b. Perbedaan
Adapun perbedaan keduannya dalam pelaksanaannya, yaitu
:
Tabel 2.7
Perbedaan Model Pengajaran Langsung dan problem
based instruction
Perbedaan
Model Pembelajaran
|
|
Problem based instruction
|
Pengajaran
Langsung
|
Guru
sebagai infrastruktur
|
Guru
sebagai fasilitator
|
Siswa
sebagai subjek
|
Guru
sebagai subjek
|
Pembelajaran
yang beragam dan bebas
|
Pembelajaran
yang seragam dan tertib
|
Fokus
pada akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material
|
Fokus
akademis
|
Teknik mengajar metode ‘sugesti’
|
Teknik mengajar metode ‘ceramah’
|
Metode
‘belajar aktif’ bagi siswa
|
Metode
‘belajar pasif’ bagi siswa
|
No comments:
Post a Comment