Sunday 8 November 2015

BAB II -- Penerapan Problem Based instruction (PBI)

BAB II LANDASAN TEORITIS

2.1  Pengertian Belajar dan Mengajar
2.1.1        Pengertian Belajar
Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lainnya.
Trianto (2009:15) mengemukakan bahwa belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi makna belajar; bukan dimulai dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui, tetapi keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru. Trianto (2009:15) menyatakan,
Belajar adalah suatu proses aktif; siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahun yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan konstruktivisme belajar bukanlah semata-mata menstransfer pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi lebih pada cara kerja otak dalam memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru.

Perihal pendapat di atas dimaksudkan bahwa belajar merupakan perubahan yang terjadi pada individu melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar.
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses mendidik yang menambah serta mengumpulkan sejumlah pengetahuan dan pengalaman.
2.1.2        Pengertian Mengajar
Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan siswa untuk belajar. Trianto (2009:17) mengemukakan bahwa mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa.
Mengajar merupakan segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Seorang guru harus memiliki kemampuan mengajar. Kemampuan mengajar selain merupakan bakat juga bisa merupakan keahlian yang dapat dipelajari sehingga pada dasarnya semua orang bisa menjadi guru.
Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan mengajar yang mengandung pengertian bahwa mengajar adalah usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran, sehingga terjadi proses belajar mengajar. Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami peserta didik.

2.2  Aspek Belajar dan Mengajar
Setiap melakukan suatu kegiatan untuk memperoleh hasil yang maksimal atau sesuai dengan rencana maka sebelumnya sudah diskenariokan dengan persiapan yang bagus dan matang. Belajar dan mengajar merupakan suatu kegiatan, dan keduanya tidak luput dari persiapan yang bagus dari para pelakoninya jika ingin memperoleh hasil yang maksimal atau sesuai dengan keinginan.
Belajar dilakoni oleh para siswa (pelajar), setiap siswa mempunyai watak yang berbeda, sehingga persiapan yang telah mereka persiapkan juga berbeda, namun kebanyakan tidak sesuai dengan hakekat dari belajar itu sendiri, yakni munculnya berbagai hambatan baik dari segi mental maupun peralatan.
Dari segi mental, itu merupakan hambatan fisiologis seperti terlihat di dalam pernyataan Hamid (2009:185) “Hambatan yang bersifat fisiologis, misalnya waktu belajar anak-anak sering merasa pusing, cepat mengantuk, mata sakit bila membaca, dan sebagainya. Dan hambatan dari segi persiapan lebih mengarah kepada kesiapan siswa untuk akan mengikuti proses belajar, karena hal tersebut merupakan kebutuhan pribadi mereka”.
Kedua hambatan tersebut muncul karena berbagai faktor, terutama karena faktor lingkungan yang tidak saling mendukung akan aktivitas mereka. Namun segala permasalahan tentu mempunyai penyelesaiannya, yakni berupa motivasi dan minat mereka akan belajar. Tetapi motivasi dan minat akan suatu hal timbul karena adanya dorongan, terutama dari gurunya.
Mengajar dilakoni oleh para pendidik, yaitu guru. Persiapan yang matang pun juga harus dilakukan oleh guru untuk proses mengajar para siswa. Dengan berbagai hambatan yang dimiliki para siswa dalam proses belajar, guru harus bisa mengatasinya. Dorongan akan motivasi dan minat para siswa untuk belajar sangat bergantung pada gurunya, oleh karena itu guru dituntut untuk selalu kreatif dan cerdas yakni sebagai strategi jitu dalam proses mengajar.

2.3  Hakikat Hasil Belajar
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan siswa yang dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor internal dari siswa itu sendiri.
Sanjaya (2008:13) mengatakan,  “Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan”. Dalam kegiatan ini tugas utama guru adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah, setiap siswa mengharapkan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Trianto (2009:20) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk mengetahui perkembangan yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa hasil belajar siswa tidak hanya ditentukan dari kemampuan belajarnya, tetapi juga sistem pengajaran yang digunakan oleh guru misalnya dalam mengajar menggunakan model pembelajaran yang disesuikan dengan materi.

2.4  Model Pembelajaran
Model diartikan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru, yakni berupa kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Rusman (2013:133) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas, Trianto (2009:22) mengemukakan bahwa the term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management system. Model pembelajaran mengacu pada  tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya.
Model pembelajaran mempunyai 4 (empat) ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur, yaitu;
a.       Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
b.      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
c.       Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
d.      Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual sehingga model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Eggen (2012:7) menyatakan bahwa model mengajar atau model pengajaran adalah pendekatan spesifik dalam mengajar yang memiliki 3 (tiga) ciri, yaitu:
a.       Tujuan; model mengajar dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memperoleh pemahaman mendalam tentang bentuk spesifik materi.
b.      Fase; model mengajar mencakup serangkaian langkah atau fase yang bertujuan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik.
c.       Fondasi; model mengajar didukung teori dan penelitian tentang pembelajaran dan motivasi.

2.5  Model Problem Based Instruction
2.5.1        Pengertian Model Problem Based Instruction
Model pembelajaran problem based instruction merupakan model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001). Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
Peranan guru sebagai pembimbing dan negosiator. Peran-peran tersebut dapat ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan pengklarifikasian masalah. Menurut Ibrahim dalam Trianto (2009:97), didalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru didalam kelas PBI antara lain:
1.      Mengajukan masalah atau mengoriantasi siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan nyata sehari-hari;
2.      Memfasilitasi atau membimbing siswa melakukan penyelidikan  misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperime atau percobaan;
3.      Memfasilitasi dialog siswa;
4.      Mendukung belajar siswa.
Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan untuk guru, artikel, jurnal, kliping, peralatan demonstrasi atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.
2.5.2        Fase Model Problem Based Instruction
Adapun fase pembelajaran pada model problem based instruction antara lain:
1.      Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan.
2.      Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang telah dipilih.
3.      Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
4.      Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah
5.      Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
6.      Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
2.5.3        Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Instruction
a.       Kelebihan
Adapun kelebihannya, yaitu :
ü  Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik
ü  Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
ü  Dapat memperoleh dari berbagai sumber
ü  Siswa berperan aktif dalam KBM.
ü  Siswa lebih memahami konsep matematika yg diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.
ü  Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi
ü  Pembelajaran lebih bermakna
ü   Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika sebab masalah yang diselesaikan merupakan masalah sehari-hari
ü   Menjadikan siswa lebih mandiri
ü   Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lai
ü   Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat

b.      Kekurangan
Adapun kekurangannya, yaitu:
ü  Memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang mendukung.
ü  Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
ü  Membutuhkan banyak waktu dan dana.
ü  Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
ü  Membutuhkan fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk siswa yang terkondisi untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dll
ü  Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya maksimal 30 siswa perkelas. 

2.6  Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
2.6.1        Pengertian Model Pengajaran Langsung
Istilah model pengajaran langsung sering disebut juga dengan model pengajaran aktif (active teaching model), training model, mastery teaching, dan explicit instruction. Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher center. Satu ciri dalam pengajaran langsung adalah diterapkannya strategi modeling, yakni strategi yang dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa seseorang dapat belajar melalui pengamatan perilaku orang lain.
Trianto (2009:41) mengemukakan bahwa model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gurunya. Atas dasar pemikirian tersebut hal penting yang harus diingat dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari penyampaian pengetahuan yang terlalu kompleks.
Eggen (2012:363) mengatakan, “Model pengajaran langsung adalah satu model yang menggunakan peragaan dan penjelasan guru digabungkan dengan latihan dan umpan balik siswa untuk membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan nyata yang dibutuhkan untuk pembelajaran lebih jauh”.
Model pengajaran direct instruction mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik. Model pengajaran direct instruction menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur.

2.6.2        Ruang Lingkup Pengajaran Langsung
2.6.2.1  Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa
Para pakar teori belajar membedakan dua macam pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Trianto (2009:42) mengemukakan bahwa pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakuakn sesuatu.
Jika dalam fisika contohnya, pengetahuan deklaratif berupa rumus atau formula dan hukum suatu pokok materi, maka pengetahuan proseduralnya berkaitan dengan cara memperoleh rumus tersebut atau persamaan konsepnya. Pengetahuan prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar para siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya siswa dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan sesuatu dengan baik.



2.6.2.2  Sintaks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan
Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditranformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.

Berikut ini sintaks model pengajaran langsung yang dilalui dengan 5 (lima) tahap, yakni;
No
Fase
Peran Guru
1
Orientasi
(Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan Siswa)
Guru memperkenalkan pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar dan mereview pemahaman awal
2
Presentasi
(Mendemonstrasikan Pengetahuan dan Keterampilan)
Guru menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan
3
Latihan Terstruktur
(Membimbing Pelatihan)
Guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan
4
Latihan Terbimbing
(Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan.
5
Latihan Mandiri
(Memberikan Kesempatan untuk Pelatihan Lanjutan dan Penerapan)
Siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri


2.6.2.1  Lingkungan Belajar dan Sistem pengelolaannya
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, namun model pengajaran langsung berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Hal ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor, tetapi lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.

2.6.1        Kelebihan dan Kekurangan Model Pengajaran Langsung
a.       Kelebihan
Adapun kelebihannya,yaitu:
ü  Guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
ü  Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
ü  Bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
b.      Kekurangan
Adapun kekurangannya, yaitu:
ü  Karena guru memainkan peran pusat, sehingga kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru.
ü  Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui.
ü  Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa.

2.1  Persamaan dan Perbedaan antara Model Problem Based Instruction dan Model Pengajaran Langsung
a.       Persamaan
Adapun persamaan model problem based instruction  dan model pengajaran langsung dalam pelaksanaannya, yaitu :
ü  Fokus pada akademik
ü  Penerapan strategi modeling
ü  Siswa sebagai objek
ü  Proses pembelajaran alamiah
ü  Tuntutan keahlian dan keterampilan guru

b.      Perbedaan
Adapun perbedaan keduannya dalam pelaksanaannya, yaitu :
       Tabel 2.7 Perbedaan Model Pengajaran Langsung dan problem based instruction
Perbedaan Model Pembelajaran
Problem based instruction
Pengajaran Langsung
Guru sebagai infrastruktur
Guru sebagai fasilitator
Siswa sebagai subjek
Guru sebagai subjek
Pembelajaran yang beragam dan bebas
Pembelajaran yang seragam dan tertib
Fokus pada akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material
Fokus akademis
Teknik mengajar metode ‘sugesti’
Teknik mengajar metode ‘ceramah’
Metode ‘belajar aktif’ bagi siswa
Metode ‘belajar pasif’ bagi siswa

No comments:

Post a Comment