Sunday 15 November 2015

BAB II Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (bag I)

BAB II. LANDASAN TEORITIS
2.1    Hakikat Belajar IPA
Ilmu Pengetahuan Alam  merupakan konsep-konsep pembelajaran tentang pengetahuan alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan danjuga perkembangan teknologi.
Salah satu tujuan pelajaran IPA-fisika di SMA adalah agar siswa menguasai berbagai konsep dan prinsip. IPA-fisika untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pengajaran fisika di SMA juga dimaksudkan untuk pembentukan sikap yang positif terhadap fisika, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari fisika lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam serta kemampuan fisika dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapan fisika dalam teknologi (Puskur Balitbang Depdiknas, 2002). 
Pernyataan ini mengandung makna bahwa selain untuk kepentingan penerapan dalam kehidupan sehari-hari juga merupakan persyaratan keberhasilan belajar fisika dan meningkatnya minat siswa terhadap fisika pada kelas-kelas selanjutnya. Dengan kata lain jika penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika di kelas-kelas awal sangat rendah disertai dengan sikap negatif terhadap pelajaran fisika, sulit diharapkan siswa akan berhasil dengan baik dalam pembelajaran di kelas-kelas selanjutnya
2.2    Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek atau pribadi seseorang (Nasution, 1995: 35). Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2003: 2).
Selanjutnya Winkel (1989: 15) mengemukakan bahwa belajar pada manusia merupakan suatu proses siklus yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang bersifat menetap/ konstan. Selain itu Sardiman (1992: 22) menyatakan bahwa belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan dan lain sebagainya.
6
 
Dengan perubahan tersebut seseorang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini sesuai dengan Sudjana (dalam Ghifferd.2008) yang memberikan pengertian belajar, “Sebagai suatu proses yang ditandai dengan adanya suatu perubahan pada diri seseorang”. Perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang mampu mengantarkan seseorang yang belajar tersebut dengan tingkah laku yang positif. Perubahan sebagai hasil belajar dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku, ketrampilan, daya penerimaan dan aspek yang ada pada individu. Sehingga dapat dikatakan seseorang yang belajar dapat memperlihatkan suatu perubahan tingkah laku yang baru.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang dilakukan melalui proses pendidikan. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti pengetahuan (kognitif), kebiasaaan serta perubahan aspek-aspek lainnya yang ada pada diri individu yang sedang belajar.
2.3    Pengertian Mengajar.
          Menurut Slameto (1995: 29) mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita. Adapun defenisi lain di negara-negara modern yang sudah maju mengatakan bahwa mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Defenisi ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa, yang mengalami proses belajar. Guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan untuk berbuat dan aktif berpikir lebih banyak diberikan kepada siswa.
2.4   Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar Djamarah (1994:23).
            Menurut Poewadarminta (dalam Dasianto.2008), “ Prestasi berarti hasil yang dicapai”. Selanjutnya Slameto (dalam Dasianto.2008) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara menyeluruh sebagai hasil pengalaman individu  itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam serangkaian kegiatan yang dilakukan secara kontinu oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dan timbulnya kemandirian dalam diri.
            Dari pengertian diatas prestasi merupakan hasil yang diperoleh seseorang dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan  di sekolah maupun di luar rumah. Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa yang diperoleh selama proses belajar dalam menyelesaikan suatu pendidikan yang sedang di tempuh yang dilihat dari hasil/nilai yang dicapai.
2.5  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
            Dalam keseluruhan proses belajar di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti berhasil atau tercapai ataupun tidak tercapainya tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik di sekolah maupun di rumah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terbagi 2 golongan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Suryabrata, 1995:249).
2.5.1 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1.        Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sangat erat hubungannya dengan masalah jasmani terutama sekali menyangkut dengan alat panca indera. Sehubungan dengan hal ini Suryabrata (1995:240) mengemukakan bahwa, “ Faktor fisiologis adalah faktor berkaitan dengan organ, jaringan atau sel dalam tubuh. Salah satu faktor fisiologis ialah berkenaan dengan panca indera”. Berfungsi tidaknya panca indera seseorang akan memberi dampak terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Jika modalitas indera siswa baik, maka dengan mudah dapat menerima dan mencerna setiap materi yang disampaikan guru dalam proses belajar mengajar.
Menurut Muhibbin Syah (2005:132), “ Belajar memerlukan tenaga karena itu untuk mencapai hasil yang baik diperlukan jasmani yang sehat.” Dengan demikian, jelas bahwa kesehatan jasmani merupakan hal penting dalam mencapai keberhasilan belajar siswa, karena kesehatan fisik dan mental seseorang akan menyegarkan pikiran. Dengan pikiran yang sehat, siswa dapat belajar lebih tenang.
Seorang siswa untuk dapat belajar dengan baik harus memiliki jasmani yang sehat. Betapapun cerdas dan rajinnya seorang siswa bila jasmani tidak sehat akan mendapat hambatan dan kesukaran-kesukaran dalam  belajar. Keadaaan fisik yang lemah merupakan penghalang yang sangat besar untuk dapat memperoleh prestasi tinggi. Soemanto (1999:121) menyatakan bahwa, “Orang yang badannya sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta kelelahan tidak akan dapat belajar dengan efektif.” Gangguan serta cacat mental pada seseorang sangat mengganggu hasil belajar yang bersangkutan. Hal ini sebagaimana dikemukakan Hamalik (2003:54) bahwa,” proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/ kelainan-kelainan fungsi alat indera serta tubuhnya.”
Berdasarkan pendapat diatas, jelaslah bahwa faktor jasmani dan rohani sangat berpengaruh terhadap belajar seseoran. Untuk itu faktor tersebut harus diperhatikan dan dijaga guna memperlancar proses belajar mengajar dan akan selalu memperoleh hasil yang lebih baik. Faktor jasmani dan rohani turut menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran bagi siswa untuk masa mendatang.
2.    Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas belajar siswa, di antaranya:
a.        Inteligensi siswa
Inteligensi (kecerdasan) siswa mempunyai peranan yang sangat penting terhadap tinggi rendahnya prestasi yang dicapai siswa. Keberhasilan atau kegagalan dalam memperoleh prestasi belajar adalah salah satu faktor penentu inteligensi siswa. Inteligensi sebagai kemampuan dasar dalam berpikir sudah jelas akan turut menentukan keberhasilan siswa.
b.        Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal  yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tepat terhadap objek barang, orang dan sebaagainya. Muhibbin Syah (2005:120) menyatakan bahwa,”Sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk beraksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.”
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa sikap siswa sangat mempengaruhi prestasi belajar, karena jika siswa bersikap negatif pada guru dan mata pelajaran yang diajarkan akan membuat siswa berprestasi rendah. Oleh karena itu untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif siswa, maka guru dituntut terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
c.       Bakat siswa
Bakat diartikan sebagai kemampuan bawaaan seseorang yang merupakan potensi yang masih perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud sebagaimana mestinya. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajar yang diperoleh akan lebih baik, hal ini dikarenakan siswa senang belajar karena didukung oleh bakat yang dimilikinya. Selain itu, siswa akan belajar lebih giat dan tekun dalam mempelajari mata pelajaran tersebut.
d.        Minat siswa
Keberhasilan belajar berhubungan erat dengan pribadi yang belajar. Jika seorang siswa mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu, maka ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk memiliki sesuatu yang diminatinya, begitu pula halnya dalam belajar. Jika siswa memiliki minat yang tinggi dalam belajar, maka ia akan belajar dengan penuh semangat tanpa paksaan dan selalu bersikap ingin tahu. Sehubungan dengan hal ini Muhibbin Syah (2005:136) menjelaskan bahwa, “Minat adalah kecenderungan dan kegiatan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar, karena jika siswa belajar dengan bergairah dan berkeinginan yang kuat terhadap mata pelajaran akan memperoleh hasil dan dapat berkonsentrasi dengan baik.
e.         Motivasi belajar

Motivasi merupakan keseluruhan daya gerak psikis dari siswa dalam melakukan sesuatu untuk belajar, semakin besar motivasi siswa untuk belajar semakin tinggi prestasi yang dicapai. Akan tetapi bila siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar maka ia tidak akan belajar dengan baik.

No comments:

Post a Comment