BAB II.
LANDASAN
TEORITIS
2.1
Hakikat
Belajar IPA
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan konsep-konsep
pembelajaran tentang pengetahuan alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas
terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses
pendidikan danjuga perkembangan teknologi.
Salah satu tujuan
pelajaran IPA-fisika
di SMA adalah agar siswa menguasai berbagai konsep dan prinsip. IPA-fisika untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pengajaran fisika di SMA juga
dimaksudkan untuk pembentukan sikap yang positif terhadap fisika, yaitu merasa
tertarik untuk mempelajari fisika lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam
keteraturan perilaku alam serta kemampuan fisika dalam menjelaskan berbagai
peristiwa alam dan penerapan fisika dalam teknologi (Puskur Balitbang
Depdiknas, 2002).
Pernyataan ini
mengandung makna bahwa selain untuk kepentingan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari juga merupakan persyaratan keberhasilan belajar fisika dan
meningkatnya minat siswa terhadap fisika pada kelas-kelas selanjutnya. Dengan
kata lain jika penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika di
kelas-kelas awal sangat rendah disertai dengan sikap negatif terhadap pelajaran
fisika, sulit diharapkan siswa akan berhasil dengan baik dalam pembelajaran di
kelas-kelas selanjutnya
2.2
Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa
perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah
pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap,
pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala
aspek atau pribadi seseorang (Nasution, 1995: 35). Menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya (Slameto, 2003: 2).
Selanjutnya Winkel (1989: 15) mengemukakan
bahwa belajar pada manusia merupakan suatu proses siklus yang berlangsung dalam
interaksi aktif subyek dengan lingkungannya yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang bersifat
menetap/ konstan. Selain itu Sardiman (1992: 22) menyatakan bahwa belajar
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan dengan serangkaian
kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan dan lain sebagainya.
|
Dengan perubahan tersebut seseorang
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Secara psikologis belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini
sesuai dengan Sudjana (dalam Ghifferd.2008) yang memberikan pengertian belajar,
“Sebagai suatu proses yang ditandai dengan adanya suatu perubahan pada diri
seseorang”. Perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang mampu mengantarkan
seseorang yang belajar tersebut dengan tingkah laku yang positif. Perubahan
sebagai hasil belajar dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan
pengetahuan, sikap, tingkah laku, ketrampilan, daya penerimaan dan aspek yang
ada pada individu. Sehingga dapat dikatakan seseorang yang belajar dapat
memperlihatkan suatu perubahan tingkah laku yang baru.
Belajar
adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang dilakukan
melalui proses pendidikan. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti pengetahuan (kognitif), kebiasaaan
serta perubahan aspek-aspek lainnya yang ada pada diri individu yang sedang
belajar.
2.3 Pengertian
Mengajar.
Menurut Slameto (1995: 29) mengajar adalah penyerahan
kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita. Adapun defenisi
lain di negara-negara modern yang sudah maju mengatakan bahwa mengajar adalah
bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Defenisi ini menunjukkan bahwa
yang aktif adalah siswa, yang mengalami proses belajar. Guru hanya membimbing,
menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan untuk
berbuat dan aktif berpikir lebih banyak diberikan kepada siswa.
2.4 Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas
belajar Djamarah (1994:23).
Menurut
Poewadarminta (dalam Dasianto.2008), “ Prestasi berarti hasil yang dicapai”.
Selanjutnya Slameto (dalam Dasianto.2008) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara menyeluruh sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan
hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam serangkaian kegiatan yang dilakukan secara kontinu
oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dan timbulnya
kemandirian dalam diri.
Dari
pengertian diatas prestasi merupakan hasil yang diperoleh seseorang dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
sekolah maupun di luar rumah. Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan
siswa yang diperoleh selama proses belajar dalam menyelesaikan suatu pendidikan
yang sedang di tempuh yang dilihat dari hasil/nilai yang dicapai.
2.5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar
Dalam keseluruhan proses belajar di
sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti
berhasil atau tercapai ataupun tidak tercapainya tujuan pendidikan tergantung
pada proses belajar yang dialami siswa baik di sekolah maupun di rumah. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terbagi 2 golongan,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Suryabrata, 1995:249).
2.5.1 Faktor
Internal
Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang terdiri dari faktor
fisiologis dan faktor psikologis.
1.
Faktor Fisiologis
Faktor
fisiologis adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sangat erat
hubungannya dengan masalah jasmani terutama sekali menyangkut dengan alat panca
indera. Sehubungan dengan hal ini Suryabrata (1995:240) mengemukakan bahwa, “
Faktor fisiologis adalah faktor berkaitan dengan organ, jaringan atau sel dalam
tubuh. Salah satu faktor fisiologis ialah berkenaan dengan panca indera”. Berfungsi
tidaknya panca indera seseorang akan memberi dampak terhadap keberhasilan
proses belajar mengajar. Jika modalitas indera siswa baik, maka dengan mudah
dapat menerima dan mencerna setiap materi yang disampaikan guru dalam proses
belajar mengajar.
Menurut
Muhibbin Syah (2005:132), “ Belajar memerlukan tenaga karena itu untuk mencapai
hasil yang baik diperlukan jasmani yang sehat.” Dengan demikian, jelas bahwa
kesehatan jasmani merupakan hal penting dalam mencapai keberhasilan belajar
siswa, karena kesehatan fisik dan mental seseorang akan menyegarkan pikiran.
Dengan pikiran yang sehat, siswa dapat belajar lebih tenang.
Seorang
siswa untuk dapat belajar dengan baik harus memiliki jasmani yang sehat.
Betapapun cerdas dan rajinnya seorang siswa bila jasmani tidak sehat akan
mendapat hambatan dan kesukaran-kesukaran dalam
belajar. Keadaaan fisik yang lemah merupakan penghalang yang sangat
besar untuk dapat memperoleh prestasi tinggi. Soemanto (1999:121) menyatakan bahwa, “Orang
yang badannya sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta kelelahan tidak
akan dapat belajar dengan efektif.” Gangguan serta cacat mental pada seseorang
sangat mengganggu hasil belajar yang bersangkutan. Hal ini sebagaimana
dikemukakan Hamalik (2003:54) bahwa,” proses belajar seseorang akan terganggu
jika kesehatan seseorang terganggu. Selain itu juga akan cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun
ada gangguan-gangguan/ kelainan-kelainan fungsi alat indera serta tubuhnya.”
Berdasarkan
pendapat diatas, jelaslah bahwa faktor jasmani dan rohani sangat berpengaruh
terhadap belajar seseoran. Untuk itu faktor tersebut harus diperhatikan dan
dijaga guna memperlancar proses belajar mengajar dan akan selalu memperoleh
hasil yang lebih baik. Faktor jasmani dan rohani turut menentukan keberhasilan suatu
proses pembelajaran bagi siswa untuk masa mendatang.
2. Faktor
psikologis
Faktor
psikologis yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas belajar siswa, di
antaranya:
a.
Inteligensi siswa
Inteligensi
(kecerdasan) siswa mempunyai peranan yang sangat penting terhadap tinggi
rendahnya prestasi yang dicapai siswa. Keberhasilan atau kegagalan dalam
memperoleh prestasi belajar adalah salah satu faktor penentu inteligensi siswa.
Inteligensi sebagai kemampuan dasar dalam berpikir sudah jelas akan turut
menentukan keberhasilan siswa.
b.
Sikap siswa
Sikap
adalah gejala internal yang berdimensi
efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang
relatif tepat terhadap objek barang, orang dan sebaagainya. Muhibbin Syah
(2005:120) menyatakan bahwa,”Sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap
untuk beraksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.”
Berdasarkan
uraian di atas dapat dipahami bahwa sikap siswa sangat mempengaruhi prestasi
belajar, karena jika siswa bersikap negatif pada guru dan mata pelajaran yang
diajarkan akan membuat siswa berprestasi rendah. Oleh karena itu untuk
mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif siswa, maka guru dituntut
terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap
mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
c. Bakat siswa
Bakat
diartikan sebagai kemampuan bawaaan seseorang yang merupakan potensi yang masih
perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud sebagaimana mestinya. Jika
bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil
belajar yang diperoleh akan lebih baik, hal ini dikarenakan siswa senang
belajar karena didukung oleh bakat yang dimilikinya. Selain itu, siswa akan
belajar lebih giat dan tekun dalam mempelajari mata pelajaran tersebut.
d.
Minat siswa
Keberhasilan
belajar berhubungan erat dengan pribadi yang belajar. Jika seorang siswa
mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu, maka ia akan berusaha semaksimal
mungkin untuk memiliki sesuatu yang diminatinya, begitu pula halnya dalam
belajar. Jika siswa memiliki minat yang tinggi dalam belajar, maka ia akan
belajar dengan penuh semangat tanpa paksaan dan selalu bersikap ingin tahu.
Sehubungan dengan hal ini Muhibbin Syah (2005:136) menjelaskan bahwa, “Minat
adalah kecenderungan dan kegiatan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa minat memiliki
pengaruh yang besar terhadap belajar, karena jika siswa belajar dengan
bergairah dan berkeinginan yang kuat terhadap mata pelajaran akan memperoleh
hasil dan dapat berkonsentrasi dengan baik.
e.
Motivasi belajar
Motivasi
merupakan
keseluruhan daya gerak psikis dari siswa dalam melakukan sesuatu untuk belajar,
semakin besar motivasi siswa untuk belajar semakin tinggi prestasi yang
dicapai. Akan tetapi bila siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar maka ia
tidak akan belajar dengan baik.
No comments:
Post a Comment