Sunday 15 November 2015

BAB II Model Pembelajaran KOOPERATIF tipe NHT (Bag II)

2.5.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak. Faktor ini terdiri dari faktor sosial dan non sosial.
1.        Faktor sosial
Faktor sosial segala faktor manusia baik secara langsung atau tidak langsung yang terlibat dalam belajar siswa, faktor tersebut adalah :
a.        Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama seseorang anak memperoleh pendidikan, keluarga mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan usaha memberikan dorongan belajar pada siswa, sehingga tercapai prestasi yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Setiap siswa dalam pencapaian prestasi belajarnya senantiasa terkait dengan kondisi keluarganya.
Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajarnya.Sikap orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anak, acuh tak acuh terhadap belajarnya, dan tidak menjamin hubungan yang baik akan menyebabkan anak tidak berhasil dalam belajar.
b.        Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal, dimana pada tempat tersebut berlangsungnya proses belajar. Eksistensi sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan siswa dalam pendidikan. Pengaruh sekilah secara umum lebih besar dari kedua lingkungan lainnya.
Hubungan relasi guru dengan siswa sangat berpengaruh proses belajar yang dilakukan siswa. Sardiman (2005:145) menjelaskan bahwa, “Hubungan guru dengan siswa atau anak dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan.”
c.         Lingkungan masyarakat
Selain dari faktor keluarga dan sekolah, prestasi belajar siswa dalam bidang studi tertentu biasanya juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Kemampuan anaka dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat bisa saja berpengaruh baik, dan mungkin juga buruk. Dengan demikian pengaruh masyarakat terhadap perkembangan anak sangat besar sekali, sehingga sering kali anak mudah terpengaruh pada hal-halyang negatif akibat dari pengaruh lingkungan masyarakat.
Menurut Slameto (2003:68) ada empat faktor yang dapat mempengaruhi atau memperlambat proses belajar anak, yaitu :
1)        Media seperti radio, TV, majalah, buku ,komik dan lain-lain;
2)        Teman bergaul seperti orang yang tidak baik juga membawa pengaruh yang tidak baik;   
3)        Aktivitas dalam masyarakat, terlalu banyak tugas dalam organisasi akan membawa pengaruh terhadap anak dalam belajar;
4)        Bentuk kehidupan masyarakat seperti lingkungan tetangga yang suka berjudi, mencari kebiasaan jelek dan lain-lain.
2.        Non sosial Faktor
Faktor ini banyak sekali memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa. Yang termasuk ke dalam faktor non sosial adalah segala faktor yang tidak berhubungan dengan manusia, dimana faktor ini lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi alam. Menurut Surya Brata (2005:249) yang termasuk dalam faktor non sosial, yaitu; “Keadaan udara, cuaca, suhu, waktu, tempat belajar, metode/model belajar dan alat-alat belajar.” Dengan demikian, dapat dipahami bahwa bila faktor sosial kurang mendukung suatu proses belajar secara tidak langsung, maka prestasi belajar siswa akan turut mempengaruhinya.
2.6  Pengertian Model Pembelajaran
            Istilah Model pembelajaran mempunyai makna yang luas dari pada suatu strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan yang luas menyeluruh. Dengan kata lain, istilah model pembelajaran dapat dikatakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, serta fungsinya sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran.
            Model pembelajaran berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting dalam interaksi edukatif di kelas. Model pembelajaran diklasifikasikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengolahan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan sistem sosial yang berbeda.

2.7  Model  Pembelajaran Kooperatif
2.7.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
            Pembelajaran Kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok,setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk saling memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belumselesai jika salahsatu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran
            Menurut Mohamad Nur (2005:1-2) pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan siswa yang berbeda kemampuannya, jenis kelamin bahkan latar belakangnya untuk membantu belajar satu sama lainnya sebagai sebuah tim. Semua anggota kelompok saling membantu anggota yang lain dalam kelompok yang sama dan bergantung satu sama lain untuk mencapai keberhasilan kelompok dalam belajar. Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan  sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.
2.7.2        Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
            Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1.      Siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang yang bekerja bersama dan duduk saling berhadapan.
2.      Siswa belajar saling membantu satu sama lain dan bersifat heterogen baik jenis kelamin maupun kemampuannya.
3.      Selama proses belajar mengajar berlangsung menggunakan ketrampilan kooperatif agar siswa dapat bekerja sama dengan baik didalam kelompoknya atau dapat meningkatkan hubungan kerja.
4.      Selama kerja kelompok, tugas anggota adalah membantu teman kelompoknya untuk mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru.
5.      Siswa tidak boleh mengakhiri belajar sebelum yakin bahwa seluruh anggota tim dapat menyelesaikan seluruh tugas.
2.7.3        Fase-Fase Pembelajaran kooperatif
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase – 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase – 2
Menyajikan informasi

Fase – 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Fase – 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Fase – 5
Evaluasi

Fase – 6
Memberikan penghargaan
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien


Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasekan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya hasil belajar individu maupun kelompok.
(Ibrahim, 2000: 10)

2.7.4        Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2000:7-10) terdapat tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan keterampilan sosial.
1.        Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik (Ibrahim, 2000:7).
2.             Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung
pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain (Ibrahim  2000:9)


3.             Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran koperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial,
 penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial (Ibrahim, 2007:9).
2.7.5 Model-Model Pembelajaran Kooperatif
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
            Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Students Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu tipe pembelajaran  kooperatif yang sederhana, sehingga cocok bagi guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD materi pembelajaran dirancang untuk pembelajaran kelompok. Dengan menggunakan LKS atau perangkat pembelajaran yang lan, siswa belajar dengan bersama-sama untuk menyelesaikan materi siswa saling membantu satu samalain, sehingga setiap anggota kelompok dapat memahami mata pelajaran secara tuntas. Menurut Slavin (2008) STAD terdiri dari 5 komponen utama yaitu : (a).presentasi kelas, (b) kelompok,(c) kuis,(d) nilai peningkatan individu,(e) penghargaan kelompok
            Seperti halnya pembelajaran lain, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran.Persiapa-persiapan tersebut antara lain : perangkat pembelajaran ,membentuk kelompok kooperatif, menentukan skor awal, pengaturan tmpat duduk dan kerja kelompok


2. Model Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
            Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Melalui metode Jigsaw kelas dibagi menadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kumpulan pakar (xperst group)
3. Model Pembelajaran Tipe TGT
            TGT (Team Games Taurnament) adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotaka sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan jeniskelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS dan kemudian dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti tugas yang daberikan maka anggota kelompok lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk memastikan anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagikan dalam meja-meja turnamen,setiap meja tersebut
            diusahakan agar tidak ada peserta yang berasl dari kelompok yang sama.
4.      Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000:28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen dalam Ibrahim (2000:28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut, sebagai pengganti pertanyaan langsung guru menggunakan empat tahapan.
Tahapan-tahapan tersebut dalam pembelajaran NHT yaitu
penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab (Ibrahim, dkk, 2000:27-28).
Tahap 1: Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.
Tahap 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan.

Tahap 3: Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan  tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Tahap 4: Menjawab
Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Adapun langkah-langkah pembelajaran NHT adalah:
a. Pendahuluan
Fase 1: Persiapan
1) Guru melakukan apersepsi
2) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4) Guru memberikan motivasi
b. Kegiatan inti
Fase 2: Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT
Tahap pertama
1) Penomoran: Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor 1-4.
2) Siswa bergabung dengan anggotanya masing-masing
Tahap kedua
Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas untuk mengerjakan soal-soal di LKS.
Tahap ketiga
Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dalam LKS tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut
Tahap keempat
1) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.
2) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik. Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan terhadap hasil dari pengerjaan LKS.
c. Penutup
Fase 3: penutup
1)   Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
2)   Guru memberikan tugas rumah
3)   Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan materi selanjutnya.
2.7.6 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
1. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif
            Roestiyah (2001:17) mengemukakan beberapa keunggulan dari belajar kooperatif:
a.    Dapat memberikan kepada para siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b.    Dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
c.    Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi.
d.   Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya terhadap belajar.
e.    Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.
f.     Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya.

b.   Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
            Adapun kelemahan dari model pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh Djadisastra (1982:52) adalah
a.         Sulit membentuk kelompok yang kemudian dapat bekerja secara harmonis.
b.        Dapat terbina rasa fanatik terhadap kelompoknya.
c.         Pernilaian terhadap murid sebagai individu menjadi sulit, karena tersembunyi dibelakang kelompoknya.

d.        Anggota kelompok yang malas dan bodoh mungkin saja akan menyerahkan segalanya kepada teman yang lebih rajin dan pandai.

No comments:

Post a Comment