2.5.2 Faktor
Eksternal
Faktor
eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak. Faktor ini terdiri
dari faktor sosial dan non sosial.
1.
Faktor sosial
Faktor
sosial segala faktor manusia baik secara langsung atau tidak langsung yang
terlibat dalam belajar siswa, faktor tersebut adalah :
a.
Lingkungan keluarga
Keluarga
merupakan tempat pertama seseorang anak memperoleh pendidikan, keluarga
mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan usaha memberikan dorongan
belajar pada siswa, sehingga tercapai prestasi yang baik sesuai dengan yang
diharapkan. Setiap siswa dalam pencapaian prestasi belajarnya senantiasa
terkait dengan kondisi keluarganya.
Cara
orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajarnya.Sikap orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan
anak, acuh tak acuh terhadap belajarnya, dan tidak menjamin hubungan yang baik
akan menyebabkan anak tidak berhasil dalam belajar.
b.
Lingkungan sekolah
Sekolah
merupakan lembaga pendidikan formal, dimana pada tempat tersebut berlangsungnya
proses belajar. Eksistensi sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan
siswa dalam pendidikan. Pengaruh sekilah secara umum lebih besar dari kedua
lingkungan lainnya.
Hubungan
relasi guru dengan siswa sangat berpengaruh proses belajar yang dilakukan
siswa. Sardiman (2005:145) menjelaskan bahwa, “Hubungan guru dengan siswa atau
anak dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan.”
c.
Lingkungan masyarakat
Selain
dari faktor keluarga dan sekolah, prestasi belajar siswa dalam bidang studi
tertentu biasanya juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Kemampuan anaka dalam
menyesuaikan diri dengan masyarakat bisa saja berpengaruh baik, dan mungkin juga
buruk. Dengan demikian pengaruh masyarakat terhadap perkembangan anak sangat
besar sekali, sehingga sering kali anak mudah terpengaruh pada hal-halyang
negatif akibat dari pengaruh lingkungan masyarakat.
Menurut
Slameto (2003:68) ada empat faktor yang dapat mempengaruhi atau memperlambat
proses belajar anak, yaitu :
1)
Media seperti
radio, TV, majalah, buku ,komik dan lain-lain;
2)
Teman bergaul
seperti orang yang tidak baik juga membawa pengaruh yang tidak baik;
3)
Aktivitas dalam
masyarakat, terlalu banyak tugas dalam organisasi akan membawa pengaruh
terhadap anak dalam belajar;
4)
Bentuk kehidupan
masyarakat seperti lingkungan tetangga yang suka berjudi, mencari kebiasaan
jelek dan lain-lain.
2.
Non sosial Faktor
Faktor ini banyak sekali memberikan pengaruh terhadap
keberhasilan siswa. Yang termasuk ke dalam faktor non sosial adalah segala
faktor yang tidak berhubungan dengan manusia, dimana faktor ini lebih banyak dipengaruhi
oleh kondisi alam. Menurut Surya Brata (2005:249) yang termasuk dalam faktor
non sosial, yaitu; “Keadaan udara, cuaca, suhu, waktu, tempat belajar,
metode/model belajar dan alat-alat belajar.” Dengan demikian, dapat dipahami
bahwa bila faktor sosial kurang mendukung suatu proses belajar secara tidak
langsung, maka prestasi belajar siswa akan turut mempengaruhinya.
2.6 Pengertian
Model Pembelajaran
Istilah
Model pembelajaran mempunyai makna yang luas dari pada suatu strategi, metode
atau prosedur. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan yang luas
menyeluruh. Dengan kata lain, istilah model pembelajaran dapat dikatakan suatu
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, serta fungsinya
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran.
Model
pembelajaran berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting dalam interaksi
edukatif di kelas. Model pembelajaran diklasifikasikan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Setiap model pembelajaran memerlukan sistem
pengolahan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan
peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan sistem sosial yang
berbeda.
2.7
Model
Pembelajaran Kooperatif
2.7.1 Pengertian Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran
Kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok,setiap anggota
saling bekerjasama dan membantu untuk saling memahami suatu bahan pembelajaran.
Belajar belumselesai jika salahsatu teman dalam sekelompok belum menguasai
bahan pembelajaran
Menurut Mohamad Nur (2005:1-2) pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil yang beranggotakan siswa yang berbeda kemampuannya, jenis kelamin bahkan
latar belakangnya untuk membantu belajar satu sama lainnya sebagai sebuah tim.
Semua anggota kelompok saling membantu anggota yang lain dalam kelompok yang
sama dan bergantung satu sama lain untuk mencapai keberhasilan kelompok dalam
belajar. Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang
anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan
masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu
untuk mencapai tujuan bersama.
2.7.2
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Adapun
ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari
4-5 orang yang bekerja bersama dan duduk saling berhadapan.
2. Siswa belajar saling membantu satu sama lain dan
bersifat heterogen baik jenis kelamin maupun kemampuannya.
3. Selama proses belajar mengajar berlangsung menggunakan
ketrampilan kooperatif agar siswa dapat bekerja sama dengan baik didalam
kelompoknya atau dapat meningkatkan hubungan kerja.
4. Selama kerja kelompok, tugas anggota adalah membantu
teman kelompoknya untuk mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru.
5.
Siswa tidak boleh mengakhiri belajar sebelum yakin bahwa seluruh anggota
tim dapat menyelesaikan seluruh tugas.
2.7.3
Fase-Fase Pembelajaran kooperatif
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
Fase
– 1
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru
menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar
|
Fase
– 2
Menyajikan
informasi
Fase
– 3
Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Fase
– 4
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Fase
– 5
Evaluasi
Fase
– 6
Memberikan
penghargaan
|
Guru
menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasekan hasil kerjanya.
Guru
mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya hasil belajar individu maupun
kelompok.
|
(Ibrahim, 2000: 10)
2.7.4
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2000:7-10) terdapat
tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif
yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, pengembangan
keterampilan sosial.
1.
Hasil belajar akademik
Dalam belajar
kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi
siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para
pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar pembelajaran kooperatif
dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas
yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik (Ibrahim, 2000:7).
2.
Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain
model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang
yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung
pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain (Ibrahim 2000:9)
3.
Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting
ketiga pembelajaran koperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan
bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial,
penting
dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial (Ibrahim, 2007:9).
2.7.5 Model-Model Pembelajaran Kooperatif
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Students Teams Achievement Divisions) merupakan salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang
sederhana, sehingga cocok bagi guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran
kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD materi pembelajaran
dirancang untuk pembelajaran kelompok. Dengan menggunakan LKS atau perangkat
pembelajaran yang lan, siswa belajar dengan bersama-sama untuk menyelesaikan
materi siswa saling membantu satu samalain, sehingga setiap anggota kelompok
dapat memahami mata pelajaran secara tuntas. Menurut Slavin (2008) STAD terdiri
dari 5 komponen utama yaitu : (a).presentasi kelas, (b) kelompok,(c) kuis,(d)
nilai peningkatan individu,(e) penghargaan kelompok
Seperti
halnya pembelajaran lain, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga
membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan
pembelajaran.Persiapa-persiapan tersebut antara lain : perangkat pembelajaran
,membentuk kelompok kooperatif, menentukan skor awal, pengaturan tmpat duduk
dan kerja kelompok
2. Model Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan
kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
kawan-kawannya. Melalui metode Jigsaw kelas dibagi menadi beberapa tim yang
anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan tiap siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
Para anggota berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk
saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu
disebut kumpulan pakar (xperst group)
3. Model Pembelajaran Tipe TGT
TGT (Team Games Taurnament) adalah suatu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
yang beranggotaka sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan jeniskelamin dan
suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok
mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS dan kemudian
dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota
kelompok yang tidak mengerti tugas yang daberikan maka anggota kelompok lain
bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum
mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk
memastikan anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan
diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagikan
dalam meja-meja turnamen,setiap meja tersebut
diusahakan
agar tidak ada peserta yang berasl dari kelompok yang sama.
4.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini
dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000:28) dengan melibatkan para siswa
dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen dalam
Ibrahim (2000:28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka
mengenai isi pelajaran tersebut, sebagai pengganti pertanyaan langsung guru menggunakan
empat tahapan.
Tahapan-tahapan tersebut dalam pembelajaran NHT yaitu
penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama,
dan menjawab (Ibrahim, dkk, 2000:27-28).
Tahap 1: Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5
orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.
Tahap 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat
tanya atau bentuk arahan.
Tahap 3: Berpikir bersama
Siswa menyatukan
pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
itu.
Tahap 4: Menjawab
Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian
siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas.
Adapun langkah-langkah pembelajaran NHT adalah:
a. Pendahuluan
Fase 1: Persiapan
1) Guru melakukan apersepsi
2) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4) Guru memberikan motivasi
b. Kegiatan inti
Fase 2: Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT
Tahap pertama
1) Penomoran: Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan
4 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor 1-4.
2) Siswa bergabung dengan anggotanya masing-masing
Tahap kedua
Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan
berupa tugas untuk mengerjakan soal-soal di LKS.
Tahap ketiga
Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama dan
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dalam LKS tersebut dan meyakinkan
tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut
Tahap keempat
1) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor
tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan
mencoba untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk
berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.
2) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing
kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik.
Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan terhadap hasil dari pengerjaan
LKS.
c. Penutup
Fase 3: penutup
1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah
diajarkan.
2) Guru memberikan tugas rumah
3) Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali
materi yang telah diajarkan dan materi selanjutnya.
2.7.6 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
1. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif
Roestiyah
(2001:17) mengemukakan beberapa keunggulan dari belajar kooperatif:
a.
Dapat memberikan kepada para siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya
dan membahas suatu masalah.
b.
Dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
c.
Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan
berdiskusi.
d.
Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu
serta kebutuhannya terhadap belajar.
e.
Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih
aktif berpartisipasi dalam diskusi.
f.
Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati pribadi temannya.
b. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Adapun
kelemahan dari model pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh Djadisastra
(1982:52) adalah
a.
Sulit membentuk kelompok yang kemudian dapat bekerja secara harmonis.
b.
Dapat terbina rasa fanatik terhadap kelompoknya.
c.
Pernilaian terhadap murid sebagai individu menjadi sulit, karena
tersembunyi dibelakang kelompoknya.
d.
Anggota kelompok yang malas dan bodoh mungkin saja akan menyerahkan
segalanya kepada teman yang lebih rajin dan pandai.
No comments:
Post a Comment