BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks,
merupakan intraksi yang sangat halus dan bervariasi antara guru, siswa, bahan
pelajaran, kelas dan lingkungan. Tentang
ini, Wina sanjaya (2006:96):’’
Mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari
guru ke siswa.’’
Proses penyampaian itu sering
juga dianggap sebagai proses mentransfer
ilmu.Mentranfers tidak diartikan dengan memindahkan, akan tetapi
menyebarluaskan, Sebagai proses menyampaikan pengetahuan, akan lebih tepat jika
diartikan dengan menanamkan ilmu pengetahuan seperti yang dikemukakkan oleh
Smith (1987 ) bahwa “mengajar
adalah menanamkan pengetahuan atau ketrampilan (teaching is imparting knowledge
or skill).”
Mengajar dalam konteks standar proses
pendidikan tidak hanya sekedar menyampaikan materi pembelajaran, akan tetapi
juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar
sering diistilahkan dengan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam
proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini dimaksudkan
untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan peserta
didik.
2.2
Metode Mengajar
2.2.1 Pengertian Metode Mengajar
Metode mengajar merupakan salah satu
komponen dari suatu kegiatan
Belajar mengajar dan memegang peranan yang
sangat esensial, maka bila seseorang hendak melakukan suatu pengajaran terlebih
harus mengerti makna metode. Untuk itu Djamarah (1995 :84) menyatakan bahwa :
”Metode mengajar adalah salah satu langkah untuk memilih strategi dalam
menguasai teknik-teknik
penyajian dalam belajar.”
Menurut Surachmad (1982:96) metode mengajar adalah,”Cara yang didalam fungsinya merupakan
alat untuk mencapai tujuan.” Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa metode itu
adalah semua usaha yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan suatu pelajaran
kepada siswa. Pada bagian lain Hamalik (1993:101), menyatakan bahwa untuk mengklasifikasikan metode-metode
mengajar perlu diperhatikan:
1. Komposisi kelompok siswa
2. Karateristik kelompok
3. Cara anggota kelompok melakukan interaksi
4. Sifat sumber material yang bersedia
5. Cara menggunakan sumber
6. Faktor waktu
Metode pengajaran yang diterapkan dalam suatu
pengajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan
yang diharapkan. Kedudukan metode mengajar memegang peranan penting dalam
setiap pembelajaran. Metode sangat mendukung pembelajaran yang dilakukan.
Menurut Mulyasa (2006:107), ”Penggunaan
metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran.”
Metode mengajar yang digunakan
guru dalam setiap kali pertemuan harus disesuaikan dengan perumusan tujuan
instruksional khusus. Menurut Rahmah dkk (2006:100) sebagai berikut :
1. Metode mengajar yang digunakan
harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar anak didik.
2. Metode yang dipergunakan harus
dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian anak didik.
3. Metode mengajar yang digunakan
harus dapat memberikan kesempatan bagi anak didik untuk mewujudkan hasil karya.
4. Metode mengajar yang digunakan
harus dapat merangsang keinginan anak didik untuk belajar lebih lanjut,
melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan).
5. Metode mengajar yang
dipergunakan harus dapat mendidik anak didik dalam teknik belajar dan cara
memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
6. Metode mengajar yang
dipergunakan harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan
menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.
7. Metode mengajar yang
dipergunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan
sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.
2.2.2 Beberapa Metode Mengajar dalam
pembelajaran Fisika
Untuk mencapai tujuan diperlukan cara, dengan demikian tujuan yang
diharapkan dapat tercapai secara efektif dan efesien. Cara untuk mencapai sesuatu itu dikenal
dengan nama metode. Metode dalam bidang pendidikan dan pengajaran fisika bukanlah merupakan hal
baru, karena setiap proses pengajaran yang dilaksanakan oleh para guru
mempunyai tujuan masing-masing.
Ada beberapa metode pembelajaran yang
sering digunakan dalam menyampaikan
materi pelajaran fisika, yang masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan.Metode-metode mengajar fisika sebenarnya sama saja dengan metode
pengajaran bidang studi lainya. Untuk memilih strategi mengajar tidak bisa
sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut dipertimbangkan.Menurut
Djamarah (2000: 184) Faktor- faktor tersebut adalah:
a. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya
b. Anak
didik dengan berbagai tingkat kematanganya
c. Situasi
dengan berbagai keadaanya
d. Fasilitas
dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya
e. Pribadi
guru serta kemampuan profesinya yang berbeda
Karena banyaknya mata pelajaran maka tujuan untuk setiap mata pelajaran
pun berbeda-beda pula. Hal ini memungkinkan pemilihan metode yang salah
akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran. Guru jangan sesuka hati memilih metode
pembelajaran, harus berpedoman pada pada tujuan pembelajaran.
Adapun metode-metode tersebut antara lain:
- Metode
ceramah
- Metode
diskusi
- Metode
tanya jawab
- Metode
proyek
- Metode
Eksprimen
- Metode Resitasi(tugas)
- Metode
sosiodrama
- Metode
Demonstrasi
- Metode
Problem solving
- Metode Karya
Wisata
- Metode
Latihan
- Metode
Directive/direction
- Metode Non- Directive
2.3
Metode Mengajar Non-Directive
2.3.1 Pengertian Metode Mengajar Non-Directive
Metode mengajar non direktive
merupakan salah satu metode mengajar dimana siswa melakukan observasi mereka sendiri, mampu melakukan analisis mereka sendiri
dan mampu berfikir sendiri.
Dalam pelaksanaan disekolah
banyak diketahui metode-metode atau teknik-teknik mengajar. Salah satu metode
yang digunakan adalah metode Non-Directive. Metode ini dikembangkan untuk
membuat pendidikan menjadi suatu proses yang aktif bukan pasif.
Roestiyah
(2001:156) menyatakan bahwa:
”cara mengajar non-directive merupakan
cara mengajar yang dilakukan agar para siswa mampu melakukan observasi mereka sendiri,
mampu mengadakan analiisis mereka sendiri, dan mampu berpikir sendiri, juga
untuk meransang para siswa agar berani dan mampu menyatakan dirinya sendiri dengan
aktif, bukan hanya menjadi pendengar yang pasif terhadap segala sesuatu yang
dikatakan oleh guru.
Menurut Hana (2005 :194), Mengatakan bahwa
para siswa memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang sendiri.Perkembangan
pribadi yang utuh berlangsung dalam suasana yang permisif dan kondusif.Guru hendaknya menghargai potensi
dan kemampuan siswa dan berperan sebagai fasilitator.”
Menurut Abin
Syamsudin(2003:296),
yang dimaksud dengan non-directive adalah,
“Suatu pendekatan layanan bimbingan yang bersifat Client-centered.Yang
menunjukkan bahwa pihak terbimbing(anak)diberikan peranan utama dalam bidang
interaksi layanan bimbingan.pembimbing hanya bertugas menciptakan situasi yang
memungkinkan pihak terbimbing untuk mencoba mencari dan menemukan inti permasalahan
yang dialaminya dan alternatif terbaik baginya untuk mengatasi
masalahnya.Dengan berbagai pertanyaan dari pihak pembimbing maka anak akan
menjadi teransang dan bersemangat(encouranged) kembali dan terus berusaha
hingga ia mencapai pemecahan yang diharapkan.”
Berdasarkan kutipan diatas metode non-directive merupakan komponen dari
praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang menggunakan cara belajar
siswa aktif, berorientasi pada proses mengarahkan sendiri, mencari sendiri,
dengan demikian siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan yang digalinya, aktif
berpikir dan menyusun pengertian yang baik.
Sehubungan dengan itu guru hanya
mengarahkan siswa untuk peka pada masalah dan mempunyai ketrampilan untuk mampu
menyelesaikanya, siswa tidak hanya mengetahui apa yang dituntut oleh tujuan
intruksional, tetapi ia yakin terhadap apa yang diketahuinya. Dengan kata lain
siswa mempunyai kepercayaan atas diri sendiri dan mampu menguraikan suatu bahan
(fenomena,atau bahan pelajaran)kedalam unsur-unsurnya kemudian
menghubung-hubungkan bagian dengan bagian dengan cara mana ia susun dan
diorganisasikan. Kemampuan untuk melihat penyebab-penyebab dari suatu
peristiwa, atau memberi argumen yang menyokong suatu pernyataan.
(Gulo,2002:62).
Metode
pengajaran tidak langsung (non-directive teaching) menekankan pada upaya
memfasilitasi belajar. Tujuan utamanya adalah membantu siswa dalam mencapai
integrasi pribadi, efektivitas pribadi dan penghargaan terhadap dirinya secara
realistis.
2.3.2 Tahap-Tahap Pembelajaran Metode Non-
Directive
Adapun Prosedur pembelajaran
pengajaran tidak langsung terdiri dari lima tahap, yaitu:
- 0bservasi pada objek pelajaran
- Menganalisa fakta yang dihadapi
- Menyimpulkan sendiri hasil
pengamatanya
- Menjelaskan apa yang ditemukan
- Membandingkan dengan fakta yang lain.
Metode Pengajaran Tidak Langsung (tanpa menggurui) bisa digunakan untuk beberapa situasi masalah,
baik masalah pribadi, sosial dan akademik. . Dalam masalah pribadi, siswa
menggali perasaannya tentang dirinya. Dalam masalah sosial, ia menggali
perasaannya tentang hubungannya dengan orang lain dan menggali bagaimana
perasaan tentang dirinya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Dalam masalah akademik, ia
menggali perasaannya tentang kompetensi dan minatnya.
2.3.3 Ciri-ciri hubungan non-directive
Menurut Dewa (2002:69), ciri-ciri
hubungan non-directive adalah,
1. Menempatkan anak pada kedudukan sentral, anak
lah yang aktiv untuk
mengemukakan dan mencari pemecahan
masalah.
2. Guru berperan hanya sebagai
pendorong dan pencipta situasi yang memungkinkan
anak untuk berkembang sendiri.
2.3.4 Dasar Pandangan non-directive tentang
individu
Bimbingan non-directive sering pula
disebut “Clien contered counseling”yang memberikan suatu gambaran bahwa proses
bimbingan non-directive yang menjadi pusatnya adalah anak, karena itu dalam
proses bimbingan kegiatan sebagian besar diletakkan dipundak anak itu sendiri. Dalam pemecahan masalah, maka anak itu sendiri dodorong
oleh guru untuk mencari serta menemukan cara terbaik dalam pemecahan
masalahnya.
2.3.5 Karateristik
non-directive
Menurut Dewa (2002:70), mengatakan
bahwa “Peran anak yang besar dibandingkan dengan guru dalam hubungan non-directive adalah
karateristik utama dari bimbingan non-directive.”Adapun karateristik utama dari
non-directive, masing-masing ditekankan pada:
1. Tanggung jawab dan kemampuan anak dalam
menghadapi kenyataan
Anak
didorong untuk menentukan pilihan dan keputusanya serta tanggung jawab atas
pilihan dan keputusan yang telah diambilnya.
2. Pengalaman-pengalaman
sekarang
Guru
mendorong anak untuk mengungkapkanya dengan sikap yang empatik, terbuka, asli
(tidak berpura-pura) dan permisif. Tidak berorentasi pada pengalaman-pengalaman
masa lalu tetapi menitik beratkan pada masa sekarang
3. Tidak bersifat dogmatis
Non-directive
bukanlah suatu bentuk hubungan atau pendekatan yang bersifat kaku, tetapi
berisikan pertukaran pengalaman, dimana guru dan anak berpartisipasi dalam
berbagai bentuk pengalaman baru.
4. Menekankan pada persepsi anak
Mengutamakan
dunia fenomenal, guru berusaha memahami keseluruhan pengalaman-pengalaman yang
pernah dialami (fenomenal) dari anak dan dari persepsi anak sendiri, apakah itu
berupa persepsi anak tentang dirinya sendiri maupun dunia luar.
5. Tujuan non-directive ada pada
diri anak dan tidak ditentukan oleh guru
Pada
non-directive ini menempatkan anak pada kedudukan sentral, sedangkan guru
berusaha membantu anak mengungkapkan dan memecahkan masalah oleh dirinya
sendiri jadi tujuanya dengan sendirinya ada dan ditentukan oleh anak itu
sendiri.
2.3.6 Tujuan non-directive
Secara umum tujuan yang ingin dicapai
melalui pendekatan non-directive ialah untuk membantu individu/anak agar
berkembang secara optimal sehingga ia mampu menjadi manusia yang berguna.
Secara rinci tujuan dasar dari pendekatan non-directive ialah:
1. Membebaskan anak dari berbagai konflik
2. Menumbuhkan
kepercayaan pada diri anak, bahwa ia memiliki kemampuan untuk
mengambil satu atau serangkaian keputusan
yang terbaik bagi dirinya sendiri
tanpa merugikan orang lain.
3. Memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk belajar mempercayai orang
lain.
4. Memberi kesadaran kepada anak bahwa dirinya merupakan bahwa
dirinya merupakan bagian dari lingkup
sosial budaya yang luas, walaupun demikian ia masih memiliki kekhasan/keunikan
tersendiri.
5. menumbuhkan suatu keyakinan pada anak bahwa dirinya
terus tumbuh dan berkembang (proses of becoming).
2.3.7 Ciri-ciri
proses non-directive
Ciri-ciri
dari pendekatan non-directive dapat dirinci sebagai berikut:
1. Dalam proses
non-directive,anak berperan lebih dominan dari pada guru.aktivitas anak tampak
lebih menonjol ketimbang guru, disini guru hanya berperan sebagai fasilitator
atau sebagai cermin.
2. Dalam mengambil
keputusan ahir, itu ada pada diri anak sendiri, sedangkan guru hanya berusaha
untuk mengarahkan agar anak memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan
sendiri.
3. Dalam prosesnya
non-directive menekankan betapa pentingnya hubungan yang bersifat permisif,
anak harus dibiarkan dengan leluansa dan dengan caranya sendiri untuk
mengungkapkan masalahnya secara bebas, dan pada waktu yang bersamaan guru
memisahkan semua informasi yang relavan.
4. Guru menerima
anak sebagaimana adanya, dan menghadapi anak sebagaimana adanya dan tulus secara individu yang memiliki potensi untuk mengambil keputusan dan mengatasi
masalahnya sendiri.
5. Dalam proses
non-directive tidak terikat oleh langkah-langkah yang dilakukan oleh guru,
tetapi sangat bergantung pada anak, lebih cepat anak dapat mengungkapkan
masalahnya maka secepat itu pula guru dapat mengarahkan anak dalam mengambil
keputusan sendiri.
2.2.7 Kelebihan
Metode Non-Directive
Suatu metode banyak digunakan oleh guru disekolah
adalah karena metode itu sendiri
memiliki sifat-sifat atau kelebihan-kelebihan yang dapat menunjang keberhasilan
pengajaran tersebut. Demikian juga halnya dengan metode non-directive mempunyai
kelebihan-kelebihan sebagaimana dinyatakan oleh Dewa ketut (2002:97) sebagai
berikut :
·
Pendekatan
ini sangat baik digunakan jika anak memiliki kemampuan untuk merefleksikan diri
dan mengungkapkan perasaan-perasaan serta pikiran-pikiranya secara verbal.
·
Pendekatan
ini cocok dipergunakan sebab masalah yang dihadapi anak tetap menjadi tanggung
jawab anak sendiri walaupun guru memberikan bantuan-bantuan berupa pertanyaan
penggali (probling) ajakan tetap menekankan supaya anak memusatkan perhatian
pada refleksi diri.
Berdasarkan kutipan diatas, maka metode
non-directive sangat bagus untuk diterapkan, dimana metode ini dapat
membangkitkan kegairahan belajar siswa serta dapat membantu siswa untuk memperkuat
dan menambah kepercayaan pada diri sendiri. Oleh karena itu diharapkan metode
ini lebih dikenal dan dipergunakan dalam berbagai kesempatan proses belajar
mengajar yang memungkinkan.
2.3.8 Kelemahan Metode Non- Directive
Sebagaimana kita yakin, bahwa segala sesuatu
yang dikerjakan oleh manusia Tidaklah pernah mencapai kebenaran mutlak sampai
seratus persen, demikian pula halnya dengan penggunaan metode non-directive
juga mempunyai kelemahan-kelemahan seperti yang dikemukakan Dewa ketut (2002:97)
sebagai berikut :
·
Cara
pendekatan yang berpusat pada anak ini menyita banyak waktu
·
Kemampuan
dan keberanian anak mengungkapkan secara verbal seluruh permasalahanya sangat
terbatas.
·
Kesukaran
anak dalam memahami dirinya sendiri.
·
Pendekatan
ini menuntut sifat dan sikap kedewasaan dari anak. Disebabkan anak harus dapat menerima dan
memecahkan masalahnya sendiri.
Dari kutipan diatas
jelaslah pula bahwa metode non-directive mempunyai kelemahan kelemahan seperti
yang dikemukakkan diatas, maka usaha gurulah diharapkan untuk memahami dan
mengusakan agar kelemahan atau kekurangan-kekurangan itu dapat diperkecil.
2.4
Pembelajaran Fisika di SMP
Pembelajaran Fisika di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung
melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.Sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan, dan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkanya
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut paul ( 2007 :
118 ), ”Pendidikan IPA diarahkan ke
inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar, serta diharapkan ada
penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk
merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi
bekerja ilmiah secara bijaksana.
Kurikulum Baru KTSP menuntut bahwa guru IPA SMP/MT adalah guru yang
dapat mengajar IPA secara terpadu, bukan terpisah.Mereka harus mampu
mengajarkan IPA secara integral, tanpa memisahkan dalam mata pelajaran kimia,
biologi, fisika dan bumi antariksa.Kemajuan zaman menuntut pula karakter guru
IPA yang berbeda, IPA SMP/MT tidak dipisahkan lagi dalam bidang tersendiri
seperti kurikulum sebelumnya yaitu sebagai mata pelajaran fisika dan biologi,
akan tetapi guru IPA SMP mendatang perlu menguasai IPA secara terpadu.
2.4.2 Tujuan
Mata pelajaran IPA di SMP/MTs
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaanya.
2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai
macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, terhadap
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan
kemampuan berfikir
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan
serta dalam memelihara dan
menjaga lingkungan serta sumber
daya alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai
alam dan segala keteraturanya
sebagai salah satu ciptaan
Tuhan.
7. Meningkatkan pengetahuan konsep, ketrampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang
selanjutnya.
2.5
Pengertian penelitian tindakan kelas ( Action Research)
Penelitian tindakan kelas memiliki beberapa pengertian tindakan dasar,
dimana inti dari pengertian-pengertian itu berorientasi pada suatu tindakan
untuk memecahkan suatu masalah. Adapun pengertian penelitian tindakan
kelas adalah:
1. Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian tentang, untung dan oleh masyarakat atau kelompok dengan sasaran
manfaat interaksi, partisipasi, dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok
sasaran.
2. Penelitian tindakan kelas adalah salah
satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam proses
pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya
pihak-pihak yang terlibat saling mendukung satu sama lain, dilengkapi dengan
fakta-fakta dan mengembangkan kemampuan analisis.
3. Dalam prakteknya, penelitian tindakan
kelas menggabungkan tindakan bermakna dengan prosedur penelitian. Ini adalah
suatu upaya memecahkan masalah sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. Penelitian
tindakan kelas dilakukan antara seorang peneliti yang berkolaborasi dengan guru
mata pelajaran yang bersangkutan, mencoba dengan merumuskan suatu tindakan yang
diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian
secara cermat mengamati pelaksanaan memahami tingkat keberhasilanya.
2.5.1 Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Adapun
yang menjadi prinsip pelaksanaan penelitian tindakan kelas yaitu antara lain:
1. Penelitian tindakan kelas tidak boleh
menggangu pembelajaran dan tugas-tugas mengajar guru.
2. Penelitian tindakan kelas tidak boleh
menghabiskan banyak waktu,karena itu penelitian tindakan kelas sudah harus
dirancang dan dipersiapkan dengan rinci yang matang.
3. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas
hendaknya konsisten dengan rancangan yang telah di buat.
4. Masalah yang dikaji harus merupakan
masalah yang benar-benar ada yang dihadapi oleh guru.
5. Pelaksanaan penelitian tindakan harus
selalu mengikuti etika kerja yang berlaku (memperoleh ijin kepala sekolah,
membuat laporan lain-lain).
6. Harus selalu menjadi fokus bahwa
penelitian tindakan kelas bertujuan untuk menjadikan adanya perubahan atau
peningkatan mutu proses dan hasil belajar, melalui serangkaian untuk kegiatan
pembelajaran, oleh karena itu adanya kemauan dan kemampuan untuk merubah
menjadi sangat penting.
7. Penelitian tindakan kelas dimaksudkan juga
untuk membelajarkan guru agar meningkatkan dalam kemauan dan kemampuan berpikir
kritis dan sistematis.
8. Penelitian tindakan kelas juga bertujuan
untuk membiasakan dan membelajarkan guru untuk menulis, membuat catatan
berbagai kegiatan akademik lain.
9. Penelitian tindakan kelas hendaknya dimulai
dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam.
10. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan
dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat tahap utama
kegiatan, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
2.5.2 Tujuan Penelitian tindakan Kelas (Action Research)
Tujuan dalam penelitian tindakan kelas
adalah:
1. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan
demi perbaikan dan peningkatan praktek pembelajaran secara berkesinambungan,
yang pada dasarnya melekat dan pada pelaksanaanya misi profesional pendidikan
diemban guru.Tujuan utama penelitian tindakan kelas demi perbaikan dan
peningkatan layanan profesional guru dalam menangani PBM.
2. Penelitian tindakan kelas adalah untuk
mengembangkan kemampuan ketrampilan guru untuk menghadapi permasalahan aktual
pembelajaran dikelas dan disekolah.
3. Penelitian tindakan kelas adalah dapat
ditumbuhkanya budaya meneliti di kalangan guru dan pendidik.
Gambar 2.2 Siklus Rancangan Penelitian Tindakan (Action
Research)
Sumber: Arikunto (2008:1)
2.5.2
Penerapan Metode Mengajar Non-directive
Dilaksanakan Melalui Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan proses belajar mengajar melalui metode
non-directive yaitu mengikuti langkah-langkah berikut:
- Mengaitkan pelajaran dengan materi yang
lalu
- Guru membagikan buku siswa dan LKS
- Guru menjelaskan materi kalor
-
Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok
-
Memberikan informasi seperlunya tentang LKS dan masalah
yang harus dipecahkan
-
Membimbing siswa melakukan kegiatan untuk menemukan
jawaban sendiri
-
Memilih dua kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi LKS
- Bersama siswa menyimpulkan pembelajaran
hari ini
- Guru memberikan tugas mandiri berupa
postes
- Guru memberikan tugas rumah kepada siswa
- Kegiatan yang tidak relavan
Inti dari penelitian tindakan kelas yaitu
beriorentasi pada suatu tindakan untuk memecahkan masalah, adapun masalah yang
dipecahkan di sini adalah aktivitas siswa pasif dalam belajar sehingga
menimbulkan prestasi belajar rendah.
Pemecahan
masalah di atas, pada pembelajaran dengan menggunakan metode non-directive,
kegiatan guru dan siswa mulai terlihat aktif pada langkah ke tujuh yaitu guru membimbing
siswa dalam melakukan kegiatan yaitu guru mengarahkan setiap kegiatan yang
dilakukan siswa di dalam kelompok, di sini siswa bertanya kepada guru dan teman
sehingga aktivitas siswa dalam kelompok terlihat aktif. Setelah selesai
kegiatan dilakukan dalam kelompok kemudian secara acak guru memilih 2 kelompok
secara acak untuk membaca/mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dengan
demikian siswa dapat membandingkan hasil
kerja kelompoknya dengan kelompok lain, sehingga pemahaman siswa sama.
Selanjutnya guru membantu siswa menyusun konsep dan bersama-sama siswa membuat
suatu kesimpulan pembelajaran.
Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas,
masalah yang terjadi dalam kelas berubah kearah yang lebih baik. Artinya siswa
aktif dalam belajar dan situasi di dalam kelas saat proses belajar mengajar
berlangsung dengan aktif. Jika ditinjau
kembali aktivitas guru dan siswa di atas, maka terlihat guru dan siswa aktif
dalam proses belajar mengajar, artinya prestasi belajar siswa juga meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri 5 Banda Aceh, pengumpulan data dimulai pada tanggal 24 November 2009 sampai dengan tanggal
8 Desember 2009.
3.2
Subjek dan objek penelitian
Sesuai dengan rumusan
masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas V11-1 SMP Negeri 5 Banda Aceh, dengan jumlah siswa 23 orang. dan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah metode mengajar
Non-Directive pada materi kalor.
3.3
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah:
1. lembar pre-tes, dilakukan untuk megetahui
kemampuan awal siswa sebelum materi kalor diajarkan dengan menggunakan metode
Non- Directive.
2. lembar post-tes, diberikan setelah
diajarkan materi kalor dengan menggunakan metode Non-Directive
3. lembaran pengamatan
a. lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa
dalam pembelajaran metode Non-Directive
b. lembaran
pengamatan pengelolaan pembelajaran metode Non-directive. Lembaran pengamatan ini digunakan untuk mengetahui
keterampilan guru dalam mengelola KBM sesuai dengan apa yang terdapat dalam
setiap Rencana Pembelajaran (RP). digunakan analisis data berdasarkan hasil skor rata-rata pengamatan. Dengan
interprestasi sebagai berikut :
-
1.00-1,49
tidak baik
-
1,50-1,99
hampir kurang baik
-
2,00-2,49
kurang baik
-
2,50-2,99
hampir cukup baik
-
3,00-
3,49 cukup baik
-
3,50-3,99
hampir baik
-
4,00>
baik, Borich
(dalam Evendi, 1999:92)
- Lembar respon siswa
3.4 Langkah-langkah Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research). Sebelum
melakukan tindakan kelas peneliti terlebih dahulu melakukan tahap-tahap sebagai
berikut:
3.4.1
Tahap Persiapan
a. Menentukan jumlah siklus, untuk kegiatan
penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 siklus.
b. Menentukan kelas penelitian.
c. Menetapkan materi yang diajarkan.
d. Menyusun Analisis Materi Pelajaran (AMP)
e. Menyusun Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP)
yang didasarkan pada acuan penyusunan rencana pembelajaran.
f. Menyusun soal pretes dan soal postes
g. Menyusun Instrumen pengamatan aktivitas
guru dan siswa.
h. Menyusun instrumen pengamatan keterampilan
guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan metode Non- directive.
i.
Menyusun
instrumen respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode non-directive.
3.4.2
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan
KBM untuk setiap kali pertemuan siklus rancangan penelitian tindakan kelas
yaitu, rencana-tindakan-observasi-refleksi.
a.
Perencanaan
Pada
tahap perencanaan peneliti menyusun analisis materi pelajaran (AMP), Rencana Pembelajaran (RP-1), mempersiapkan
alat perangkat pembelajaran lainnya yang dibutuhkan pada RP-1. Menyiapkan
instrumen yang dibutuhkan pada siklus-1 Selanjutnya guru (peneliti) memberikan
soal pretes secara
keseluruhan pada pertemuan 1.
-
Memberikan
pre test secara keseluruhan
kepada siswa
- Mengaitkan pelajaran dengan
materi yang lalu
- Guru membagikan buku siswa dan LKS
- Guru menjelaskan materi kalor
-
Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok
-
Memberikan informasi seperlunya tentang LKS dan masalah
yang harus dipecahkan
-
Membimbing siswa melakukan kegiatan untuk menemukan
jawaban sendiri
-
Memilih dua kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi LKS
- Bersama siswa menyimpulkan pembelajaran
hari ini
- Guru memberikan tugas mandiri berupa
postes
- Guru memberikan tugas rumah kepada siswa
- Kegiatan yang tidak relavan dengan KBM
Dari
uraian di atas, maka inti dari penelitian ini adalah adanya tindakan untuk
meningkatkan atau memperbaiki kualitas pelaksanaan KBM yang lebih baik.
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan meliputi keempat komponen yang telah
disebutkan diatas dan berlangsung secara siklus, yaitu rencana-tindakan observasi-refleksi, seperti tampak pada
gambar 1 berikut:
3.4.3 Metode Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya
yaitu pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dalam suatu penelitian agar
peneliti dapat merumuskan hasil penelitiannya.
Adapun tehnik pengolahan data
yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran menggunakan
metode non- directive dianalisis dengan rumus persentase:
(Anas Sudijono, 2005:43)
Keterangan: P = Angka persentase
F =
Frekuensi aktivitas guru dan siswa yang muncul
N =
Jumlah aktivitas keseluruhan
b. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dengan menggunakan metode non- directive, data yang diperoleh digunakan
analisis data berdasarkan hasil skor rata-rata pengamatan. digunakan analisis data berdasarkan hasil skor rata-rata pengamatan. Dengan
interprestasi sebagai berikut :
-
1.00-1,49
tidak baik
-
1,50-1,99
hampir kurang baik
-
2,00-2,49
kurang baik
-
2,50-2,99
hampir cukup baik
-
3,00-
3,49 cukup baik
-
3,50-3,99
hampir baik
-
4,00>
baik, Borich
(dalam Evendi, 1999:92)
c. Untuk
mengetahui respon siswa data, yang diperoleh dianalisis dengan persentase yaitu:
(Anas Sudijono, 2005:43)
Keterangan: P = Persentase yang
dicari
F =
Frekuensi respon siswa
N = Jumlah siswa
d. Lembaran pre-test dan
post-test.
Pre-test dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diterapkan metode mengajar non-directive, sedangkan post-test diberikan
setelah dilakukannya kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode mengajar non-directive (tidak langsung).
Berdasarkan teori belajar
tuntas, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu
menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal
65 % dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat
dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65 %,
sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut
(Mulyasa, 2005:99).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Pada
bab ini akan dibahas hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan sesuai
dengan judul yang telah dirumuskan dengan menggunakan metode mengajar
non-directive. Data hasil penelitian yang diperoleh dari SMP Negeri 5 Banda
Aceh selama tiga siklus dan setiap siklus diamati oleh dua orang pengamat (
partini dan suyani ). Analisis penelitian dilakukan dengan menggunakan
statistik deskriptif, yaitu untuk mendeskripsikan gambaran terhadap aktivitas
guru dan siswa, gambaran kemampuan guru mengelola pembelajaran, gambaran respon
siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode mengajar non-directive,
Pada
setiap siklus guru mempersiapkan Analisis Materi Pelajaran (AMP) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal
pre-test dan post-test, LKS dan buku siswa serta instrumen penelitian lembar
pengamatan aktivitas guru dan siswa, lembar analisis data keterampilan guru
dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan metode mengajar non-directive. Serta
lembar respon siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode mengajar
non-directive.
4.1 Siklus I
4.1.1
Analisis aktivitas guru dan siswa dalam KBM dengan metode mengajar non-directive
Pengamatan aktivitas guru dan siswa selama
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode mengajar non-directive, siklus
pertama dengan menggunakan lembaran pengamatan aktivitas guru dan siswa. Data
hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) dinyatakan dengan persentase. Data tersebut secara ringkas
disajikan pada lampiran 21.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang
terdapat pada lampiran 21 terlihat bahwa sebahagian besar waktu yang digunakan
oleh guru ádalah memberikan
informasi seperlunya tentang LKS dan
masalah yang harus dipecahkan yaitu sebesar 20%. Sedangkan aktivitas siswa yang
dominan adalah mendengarkan penjelasan guru sebesar 24%. Data persentase
aktivitas guru dan siswa ini secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 21. Dari
data terlihat bahwa persentase aktivitas guru lebih besar dari pada siswa, ini berarti
bahwa pembelajaran masih terpusat pada guru dan belum sesuai dengan metode
peengaajaran tidak langsung (non-directive).
Berdasarkan pengamatan KBM aktivitas guru
dan siswa pada siklus-1 masih terdapat kekurangan, adapun kekurangan tersebut
adalah:
-
siswa
masih kurang aktif dalam melakukan kegiatan.
-
siswa
masih ada yang kurang percaya diri saat melaporkan hasil kegiatan.
-
Upaya
guru untuk menerapkan metode pengajaran tidak langsung (non-directive) yang mandiri terpusat pada siswa belum
sesuai dengan rencana yang disusun pada RPP-1.
Berdasarkan
refleksi maka tindak lanjut yang dilakukan adalah guru harus mempertegas
pemberian pengarahan dan bimbingan kepada siswa, agar siswa lebih terarah
sehingga lebih aktif dalam melakukan kegiatan baik diskusi dalam kelompok
maupun antar kelompok.
Secara
keseluruhan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
metode non-directive pada siklus pertama dapat dilihat dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
Sumber:
SMP Negeri 5 Banda Aceh (data diolah)
Grafik
4.1.1 Hasil Aktivitas Guru
Dan Siswa Dalam PBM pada siklus 1
Jenis aktivitas guru dan siswa
Keterangan
grafik:
Aktivitas guru:
1. Mengaitkan pelajaran dengan materi yang
lalu
2. Guru membagikan buku siswa dan LKS
3. menjelaskan pelajaran materi kalor
4. Membimbing peserta didik dalam pembentukan
kelompok
5. Memberikan informasi seperlunya tentang
LKS dan masalah yang harus dipecahkan
6. Membimbing siswa melakukan kegiatan untuk
menemukan jawaban sendiri
7. Memilih dua kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi LKS
8. Bersama
siswa membuat kesimpulan
9. Memberikan
post test
10. Kegiatan
yang tidak relavan
Aktivitas siswa:
1. Memperhatikan
penjelasan guru
2. Membuka
dan membaca materi dan LKS yang
diberikan
3. Memperhatikan penjelasan guru dan berupaya
untuk memahaminya
4. Membentuk
kelompok
5. Memperhatikan penjelasan guru tentang LKS
6. mengerjakan LKS, berdiskusi dalam kelompok serta menemukan cara penyelesaian masalah
7. Mempresentasikan hasil diskusi LKS
8. Bersama guru membuat kesimpulan
9. Mengerjakan post test
10. Kegiatan
yang tidak relavan
4.1.2 Keterampilan guru dalam mengelola KBM dengan metode mengajar
non-directive
Hasil pengamatan
ketermpilan guru dalam mengelola KBM dengan menggunakan metode mengajar
non-directive pada siklus pertama diamati dengan menggunakan lembaran
pengamatan dan analisis data pengamatan pengelolaan KBM secara rinci dapat
dilihat pada lampiran 22.
Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan
menggunakan metode mengajar non-directive pada kegiatan pendahuluan memperoleh
rata-rata skor adalah 2,5 termasuk dalam katagori hampir cukup baik, pada
kegiatan inti memperoleh rata-rata 3,00 termasuk dalam katagori cukup baik,
penutup memperoleh rata-rata 2,83 termasuk dalam katagori hampir cukup baik,
suasana kelas memperoleh nilai rata-rata 3,33 termasuk dalam katagori cukup
baik, dan pengelolaan waktu memperoleh nilai rata-rata 2,5 termasuk dalam
katagori hampir cukup baik.
Hasil pengamatan
tersebut menggambarkan bahwa guru melakasanakan proses relajar mengajar (PBM)
masih belum sempurna dan perlu diperbaiki pada siklus selanjutnya.
4.1.3 Analisis ketuntasan hasil belajar siswa dalam KBM Menggunakan Metode
Mengajar Non-Directive
Analisis tes hasil belajar siswa tentang
materi kalor pada siklus-1 secara rinci dapat dilihat pada lampiran 23, Untuk
mengetahui keberhasilan tentang tes hasil belajar siswa pada siklus pertama, di
ukur dengan 8 butir soal yang dijabarkan dari 8 tujuan pembelajaran (indikator)
yang ingin capai. Berdasarkan lampiran 23, diketahui bahwa hasil tes siswa
secara individual telah tuntas sebesar 73,91%, dari 23 siswa, 6 siswa yang
tidak tuntas. Sedangkan
secara klasikal diperoleh 4 indikator yang tuntas dari 8 indikator sebesar 50%.
Hasil pengamatan ketuntasan
tes hasil belajar pada pokok bahasan kalor pada siklus pertama dapat dilihat dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
|
||||||||||
|
||||||||||
Sumber: SMP Negeri 5 Banda
Aceh (data diolah)
Grafik 4.1.2 Hasil tes belajar siswa siklus 1
4.1.4 Respon siswa dalam KBM dengan menggunakan metode non-directive
Hasil respon siswa dalam KBM dengan menggunakan
metode non-directive pada lembaran respon siswa, dapat dilihat pada lampiran
26. Hasil respon siswa menunjukan siswa senang terhadap KBM dengan menggunakan
metode mengajar non-directive yaitu sebesar 95,6.
4.2 Siklus II
4.2.1
Analisis aktivitas guru dan siswa dalam KBM dengan menggunakan metode
mengajar non-directive
Pengamatan aktivitas guru dan
siswa selama KBM dengan menggunakan metode mengajar non-directive, siklus kedua
dengan menggunakan lembaran pengamatan aktivitas guru dan siswa. Data hasil
pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) dinyatakan dengan persentase. Data tersebut secara ringkas disajikan pada
lampiran 21.
Tindakan yang dilakukan pada
siklus-2 ini sama dengan tindakan pada siklus-1 hanya saja guru lebih
mempertegas dalam memberikan pengarahan kepada siswa sehingga siswa lebih
mengerti tugas-tugas yang harus dilakukan.
Berdasarkan
hasil pengolahan data yang terdapat pada lampiran 21 terlihat bahwa sebahagian
besar waktu yang digunakan oleh guru ádalah membimbing siswa melakukan kegiatan untuk
menemukan jawaban sendiri sebesar 19 % dan memberikan kesempatan siswa untuk
melaporkan/mempresentasikan hasil
kegiatannya serta memberi kesempatan kelompok lain untuk memberi tanggapan
yaitu sebesar
15%. Sedangkan aktivitas siswa yang dominan adalah melakukan//mengerjakan LKS, berdiskusi dalam
kelompok, bertanya pada guru atau teman serta menemukan cara penyelesaian
masalah yaitu sebesar 29 %.
Berdasarkan
analisis di atas, aktivitas guru dan siswa ada yang sudah meningkat dari
siklus-1, ini menunjukan bahwa KBM
dengan menggunakan metode mengajar non-directive pada siklus kedua ini mulai baik.
Artinya aktivitas siswa dalam kelompok mulai aktif seperti berdiskusi, memberikan pendapat,
bertanya kepada guru dan teman, siswa sudah mulai tau konsep físika yang
diperhatikan dari percobaan, dalam melaporkan hasil kegiatan sudah mulai
percaya diri. Menurut kedua pengamat siswa sudah lebih aktif dari siklus
pertama. Siswa sudah lebih mengerti tugas-tugas yang dilakukan. Namun perlu
dipabaiki lagi pada siklus-3, guru harus memperhatikan semua kegiatan siswa
lebih mempertegas lagi dalam pemberian pengarahan dan bimbingan, sehingga siswa
lebih aktif lagi.
Secara keseluruhan
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode mengajar
non-directive pada siklus kedua dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai
berikut:
|
||||||||||
Sumber: SMP Negeri 5 Banda Aceh (data diolah)
Grafik 4.2.1 Hasil aktivitas guru dan siswa dalam PBM
pada siklus 2
Keterangan gambar dapat dilihat pada gambar 4.1.1
4.2.2 Keterampilan guru dalam mengelola KBM dengan menggunakan metode
non-directive
Hasil pengamatan keterampilan
guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan metode non-directive pada
siklus kedua diamati dengan menggunakan lembaran pengamatan pengelolaan
pembelajaran dan hasil pengelolaan pembelajaran secara rinci dapat dilihat pada
lampiran 22.
Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa kemampuan guru dalam mengelola KBM dengan menggunakan metode mengajar
non-directive, pada kegiatan pendahuluan memperoleh rata-rata skor adalah 3
termasuk dalam katagori cukup baik, pada kegiatan inti memperoleh rata-rata 3,2
termasuk dalam katagori cukup baik, penutup memperoleh rata-rata 3,33 termasuk
dalam katagori cukup baik, suasana kelas memperoleh nilai rata-rata 3 termasuk
dalam katagori cukup baik, dan pengelolaan waktu memperoleh nilai rata-rata 3,5
termasuk dalam katagori hampir baik.
Hasil pengamatan tersebut
menggambarkan bahwa guru melaksanakan KBM menggunakan metode mengajar
non-directive lebih baik dari siklus pertama. Walaupun demikian guru perlu
memperbaiki dalam pertemuan selanjutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik
lagi.
4.2.3 Analisis ketuntasan hasil belajar siswa dalam KBM dengan menggunakan
metode mengajar non-directive
Analisis tes hasil belajar
siswa tentang materi kapasitas kalor dan perubahan wujud zat pada siklus-2 secara
rinci dapat dilihat pada lampiran 24. Untuk mengetahui keberhasilan tentang tes
hasil belajar siswa pada siklus-2, diukur dengan 8 butir soal yang dijabarkan
dari 12 tujuan pembelajaran (indikator) yang ingin capai.
Pada lampiran 24 diketahui bahwa hasil tes siswa
secara individual telah tuntas sebesar 86,95 %, dari 23 siswa 3 siswa yang
tidak tuntas. Sedangkan
secara klasikal diperoleh 5 indikator yang tuntas dari 8 indikator sebesar
62,5%
Hasil analisis tes belajar
siswa meningkat dari siklus pertama, ini terjadi karena siswa sudah mulai
memahami metode pembelajaran yang digunakan. Hasil pengamatan ketuntasan tes
hasil belajar pada pokok bahasan kapasitas kalor dan perubahan wujud zat pada
siklus kedua tersebut dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut:
|
||||||||||
Sumber: SMP Negeri 5 Banda
Aceh (data diolah)
Grafik 4.2.2 Hasil tes
relajar siswa siklus-2
4.2.4 Respon siswa dalam KBM dengan metode mengajar non-directive
Hasil respon siswa dalam KBM dengan
menggunakan metode mengajar non-directive pada siklu-2 dapat dilihat pada
lampiran 26, hasil respon menunjukkan siswa senang dengan KBM dengan
menggunakan metode mengajar non-directive yaitu sebesar 100.
4.3 Siklus III
4.3.1 Analisis aktivitas guru dan
siswa dalam KBM dengan menggunakan metode mengajar non-directive
Pengamatan aktivitas guru dan
siswa selama KBM dengan menggunakan metode mengajar non-directive, siklus
ketiga dengan menggunakan lembaran aktivitas guru dan siswa. Data hasil
pengamatan tersebut dinyatakan dengan persentase. Data tersebut secara ringkas
disajikan pada lampiran 21.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang
terdapat pada lampiran 21 terlihat bahwa sebahagian besar waktu yang digunakan
oleh guru adalah membimbing
siswa melakukan kegiatan untuk menemukan jawaban sendiri yaitu sebesar 20 %. Sedangkan aktivitas siswa yang dominan adalah melakukan
atau mengerjakan LKS, berdiskusi dalam kelompok, bertanya pada guru atau teman
yaitu sebesar 27 %., mempresentasikan hasil diskusi LKS sebesar 15%,
mengerjakan soal 10%
Hal
ini menunjukkan bahwa KBM dengan menggunakan pada siklus-3 ini mulai baik.
Artinya siswa sudah mulai mengerti apa tujuan dari kegiatan yang dilakukan
sehingga aktivitas siswa dalam kelompok lebih aktif dari pertemuan sebelumnya
seperti berdiskusi, memberikan pendapat, bertanya kepada guru dan teman dan
sudah mulai tau konsep físika yang diperhatikan dari percobaan. Menurut kedua
pengamat aktivitas siswa sudah lebih aktif dari siklus-2.
Secara
keseluruhan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
metode mengajar non-directive pada siklus ketiga dapat dilihat dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
|
||||||||||
|
||||||||||
Sumber: SMP Negeri 5 Banda Aceh (data diolah)
Grafik
4.3.1 Hasil aktivitas
guru dan siswa dalam PBM pada siklus 3
Keterangan gambar dapat dilihat pada gambar 4.1.1
4.3.2 Keterampilan guru dalam mengelola KBM dengan menggunakan metode
mengajar non-directive
Hasil pengamatan ketermpilan guru
dalam mengelola KBM dengan menggunakan metode mengajar non-directivepada
siklus-3 diamati dengan menggunakan lembaran pengamatan keterampilan guru dalam
mengelola KBM dan hasil pengelolaan secara rinci dapat dilihat pada lampiran
23.
Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa kemampuan guru dalam mengelola KBM dengan menggunakan metode mengajar
non-directive pada kegiatan pendahuluan memperoleh rata-rata skor adalah 3,5
termasuk dalam katagori hampir baik, pada kegiatan inti memperoleh rata-rata
3,58 termasuk dalam katagori hampir baik, penutup memperoleh rata-rata 3,33
termasuk dalam katagori cukup baik, suasana kelas memperoleh nilai rata-rata
3,50 termasuk dalam katagori hampir baik, dan pengelolaan waktu memperoleh
nilai rata-rata 3,5 termasuk dalam katagori hampir baik. Hasil pengamatan
tersebut menggambarkan bahwa guru melaksanakan KBM menggunakan metode mengajar
non-directive lebih baik dari siklus sebelumnya.
4.3.3 Analisis ketuntasan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode
non-directive
Analisis tes hasil belajar siswa tentang
materi kalor lebur dan kalor uap pada siklus-3 secara rinci dapat dilihat pada
lampiran 25, diketahui bahwa hasil tes siswa secara individual tuntas sebesar 91,30
%, dari 23 siswa 2 siswa yang tidak tuntas. sedangkan secara klasikal diperoleh 6 indikator
yang tuntas dari 8 indikator sebesar 75%.
Hasil analisis tes hasil belajar siswa
pada siklus-3 ini juga meningkat dari siklus-1. Hingga pada siklus 3 hanya 2 siswa yang tidak
mencapai ketuntasan dalam pembelajaran.
. Hasil pengamatan ketuntas
tes hasil belajar pada pokok bahasan kalor lebur dan kalor uap pada siklus-3 dapat dilihat dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
Sumber: SMP Negeri 5 Banda
Aceh (data diolah)
Grafik 4.3.2 Hasil tes
belajar siswa siklus-3
4.3.4 Respon siswa dalam KBM dengan menggunakan metode non-directive
Hasil respon siswa dalam KBM dengan menggunakan
pmetode mengajar non-directive pada lembaran respon siswa dapat dilihat pada
lampiran 26, hasil respon menunjukkan siswa senang dengan KBM dengan
menggunakan metode mengajar non-directive yaitu sebesar 100.
No comments:
Post a Comment