BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Dalam kegiatan
mengajar terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan peseta didik,
yaitu pengaturan proses pembelajaran dan proses pegajaran. Berbagai cara dapat
dilakukan pendidik untuk menumbuhkan motivasi siswa
Kemajuan suatu
negara dapat dilihat dari segi kualitas pendidikannya. Kualitas pendidikan
bergantung pada guru, siswa
serta sarana dan prasarananya. Setiap negara mempunyai
pola tersendiri dalam menjalankan sistem pendidikannya guna kemajuan negara,
yaitu untuk menghasilkan
sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas,
karena pendidikan merupakan cerminan kemajuan
suatu
bangsa. Namun upaya untuk mencapai kemajuan tersebut juga
menghadapi persoalan.
Hal tersebut seperti diungkapkan
Hamzah (2012:1) “Pendidikan sebagai suatu sistem pencerdasan anak bangsa,
dewasa ini dihadapkan pada berbagai persoalan, baik ekonomi, sosial, budaya,
maupun politik”. Persoalan yang dimaksudkan tidak lain merupakan persoalan negara, yakni juga persoalan bangsa itu
sendiri. Setiap negara berlomba untuk menjadi yang terbaik dan tersohor, dengan
memunculkan tokoh SDM yang terbaik pula, supaya persoalan negaranya dapat
terselesaikan dan menjadi pusat perhatian dunia, melalui jalur pendidikan yang
bermutu.
Perihal
pendidikan yang terkait dengan proses belajar mengajar atau proses pembelajaran
yang sukses, yakni tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri berupa
tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran. Sabri (2007:31)
mengatakan, “Belajar dan mengajar merupakan dua
konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar menunjukkan tindakan subjek sebagai
penerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjukkan tindakan guru sebagai
pengajar”. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan manakala
terjadinya interaksi guru dan siswa pada saat proses pembelajaran itu berlangsung dengan
saling bertukar informasi. Interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran
memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.
Pencapaian
proses pembelajaran yang sukses bukan perihal yang mudah. Siswa memang berperan
sebagai subjek sekaligus objeknya, namun guru dituntut untuk mewujudkan
kesuksesan tersebut dengan membimbing siswa.
Oleh
karena itu, untuk memperoleh hasil yang maksimal, seorang guru dituntut harus
memiliki kreatifitas
yang tinggi dalam pengembangan penyajian materi pelajaran.
Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru
dalam memilih model yang tepat dalam penyajian materi pelajaran untuk
melangsungkan pembelajaran yang menyenangkan yang dapat menarik minat dan
motivasi siswa untuk berkonsentrasi sehingga terfokus dalam belajar. Model pembelajaran
merupakan suatu pola umum perilaku
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Rusman
(2013:133) mengemukakan bahwa
model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain.
Selama ini pelajaran fisika dikenal suatu pelajaran yang menakutkan dan rumit dipahami bagi
siswa terutama dalam mempelajari rumus-rumusnya. Fisika juga dikenal sebagai
pelajaran yang rumit. Pada kenyataannnya tanpa disadari setiap kehidupan yang
dijalani, semua itu merupakan pengaplikasian
fisika. Fisika merupakan suatu ilmu
yang sangat berperan penting dalam kemajuan dunia terutama di bidang teknologi.
Ketidaksukaan siswa terhadap fisika dikarenakan ketidaktahuan mereka terhadap
fisika yang lebih luas. Seperti kata pepatah ’tak kenal maka tak sayang, tak
sayang maka tak cinta’. Untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap fisika maka
seseorang terlebih dahulu harus mengenalnya. Ilmu fisika sangat menarik jika
ditelusuri dan dipelajari lebih lanjut, dan jika bisa menguasainya maka seperti
kata istilah ‘dunia dalam genggaman’.
Kenyataan, uru masih mengunakan model pembelajaran
konvensional dalam proses belajar mengajar. Proses pembelajaran bersifat pasif
tanpa melibatkan siswa. Akibatnya, siswa mengalami kejenuhan
dalam menjalani proses belajar mengajar dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Untuk menyelesaikan permasalah
tersebut, maka dibutuhkan metode dan model pembelajaran yang mampu menghipupkan
suasana kelas, meningkatkan keterampilan siswa dalam bertanya dan memberikan
pendapat, interaksi antar siswa serta menciptakan sifat kepemimpinan yang
berimbas dengan peningkatan hasil belajar siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang cocok diterapkan adalah pengajaran berbasis masalah atau
yang lebih dikenal dengan problem based
instruction. Pengjaran berbasis masal ini diangkat karena terdiri dari
menyajikan kepada siswa situsi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Menurut Dewey dalam trianto (2009:91) menyatakan “belajar
bedasarkan masalah adalah interaksi antara dua arah belajar dan lingkungan.
Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa masalah, dan sarf otak berfungsi
menafsirkan bantua itu secara efektif sehingga masalah tersebut dapat
dihadapi.”
Pengajaran berbasis masalah ini juga
merupakan pendekatan yang efektif untuk proses berpikir tingkat tinggi.
Pembelajaran inin membantu siswa untuk memproses informasi yag sudah ada dalam
benak mereka dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang duni, sosial dan
sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar dan
komplek.
Berdasarkan hasil observasi di kelas X MAN Banda
Aceh 1, model pembelajaran problem based instruction belum pernah
diterapkan dalam proses pembelajaran, yakni proses pembelajaran yang mandiri.
Sedangkan model
pembelajaan langsung yakni proses pembelajaran yang berfokus terhadap
bimbingan guru sudah
lumrah
diterapkan dalam setiap proses pembelajaran. Sehingga muncul
permasalahan sejauh mana perbedaan hasil pempelajaran kedua model tersebut. Oleh karena itu, perlu diamati
dengan penerapan langsung di lapangan. Untuk menyelidiki hal tersebut peneliti
mencoba mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Problem Based
Instruction Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Dinamika Partikel di
Kelas X MAN Banda Aceh 1”.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas
maka rumusan masalah yang timbul pada penelitian ini adalah Apakah model problem Based instruction berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa pada materi Dinamika Partikel di kelas X MAN Banda
Aceh 1?
1.3
Tujuan
Penelitian
Bedasarkan
uraian rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran problem based instruction terhadap hasil belajar siswa pada materi
dinamika partikel di kelas X MAN Banda Aceh 1.
1.4
Manfaat
Penelitian
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung atau tidak langsung
terhadap perkembangan dunia pendidikan. Manfaat tersebut antara lain,
diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmiah dalam implimentasi model
pembelajaran problem based instruction yang
di aplikasikan pada materi dinamika partikel. Secara praktis, hasil penelitian
ini menjadi satu kajian ilmiah yang dapat digunakan oleh praktisi-paktisi
pendidikan dengan berbagi tingkatan dalam memilih kebijakan menentukan model
pembelajaran.meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Selanjutnya juga
memberikan penglaman ilmiah kepada peneliti khususnya dalam kajian penelitian.
1.5
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran problem based instruction berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
pada materi dinamika partikel di kelas X MAN Banda Aceh 1.
1.6
Definisi
Operasional
Untuk memudahkan
dan memahami makna dari kata-kata istilah yang akan dilakukan dalam penelitian
ini, maka peneliti mendefinisikan beberapa dari kata istilah yang dipakai, yaitu:
1. Hasil
Belajar adalah suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah
ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu atau hasil belajar merupakan wujud
perubahan perilaku yang terjadi atas suatu objek tertentu sebagai akibat dari
proses belajarnya.
Dan hasil belajar yang diteliti pada penelitian ini adalah hasil belajar
kognitif.
2. Problem based instruction adalah model pembelajaran yang
berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam
belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al., 2001).
3. Pengajaran langsung adalah proses
pembelajaran yang yang berfokus pada akademik yang disampaikan oleh guru dan
siswa mendengarkan. Disini guru cenderung berbicara materi (ceramah)
4. Pengaruh diterjemahkan sebagai hasil
uji beda signifikan, apabila diterima maka moel problem based instruction dianggap berpengaruh terhadap hasil
belajar pada materi dinamika partikel.
No comments:
Post a Comment